16 Jun 2017

Analisis Cerpen-Cerpen dalam Antologi Cerpen Cinta Tak Pernah Tua Karya Benny Arnas (Sebuah Tinjauan Naratologi Menurut Gerard Genette)

Analisis Cerpen-Cerpen
dalam Antologi Cerpen Cinta Tak Pernah Tua Karya Benny Arnas
(Sebuah Tinjauan Naratologi Menurut Gerard Genette)
Oleh: Ichwan Arif


Pendahuluan
Membaca cerpen-cerpen dalam antologi cerpen Cinta Tak Pernah Tua (selanjutnya disingkat CTPT) karya Benny Arnas seraya kita menyusuri lika-liku kehidupan manusia yang bergelut dengan perasaan cinta dan kasih sayang. Perjalanan atau lebih tepatnya dikatakan sebagai petualangan cinta yang mendaki, menurun, sampai menukik tajam seiring perjalanan hidup seseorang.

Benny Arnas sangat lihai mengurai, mengulas, dan mengupas permasalahan yang membelit tokoh-tokohnya. Yang sangat menarik adalah, tokoh-tokoh yang mengalami permasalahan cinta adalah tokoh-tokoh yang memiliki umur yang sudah berkepala tua atau lanjut usia. Cinta yang dimiliki tokoh-tokohnya tidak pernah sirna. Cinta-cintanya tak pernah tua.

Oleh pengarang, tokoh-tokoh lansia tersebut dilibatkan secara emosional dalam lingkaran-lingkaran permasalahan cinta yang tidak pernah habis-habisnya. Mulai bagaimana tokoh-tokoh mencari eksistensi diri dalam bercinta, tokoh yang kehilangan cinta, baik ditinggal istri tercinta maupun ditinggal mati oleh anak yang sudah ditunggu bertahun-tahun lamanya untuk kembali pulang, atau imajinasi tokoh-tokoh tentang cinta itu sendiri.

Dalam antologi CTPT karya Benny Arnas ada 12 cerpen, antara lain: Pengelana Mati dalam Hikayat Kami, Gulistan, Orang Inggris, Pohon Tanjung itu Cuma Sebatang, Muslihat Hujan Panas, Bunga Kecubung Bergaun Susu, Senapan bengkok, Batubujang, Belajar Setia, Tupai-Tupai Jatuh dari Langit, Senja yang Paling Ibu, dan Cahaya dari Barat.
Dua belas cerpen Benny Arnas ini secara keseluruhan pernah dipublikasikan melalui media cetak koran maupun sebuah antologi. Secara keseluruhan pula, pengarang bisa dikatakan sangat bijak melihat permasalahan yang ada dalam masyarakat. Isi cerpen-cerpennya banyak yang menceritakan bagaimana manusia sangat membutuhkan sebuah cinta untuk dimaknai secara bersama-sama dalam mengarungi kehidupan. Cinta pun dijelaskan dengan berbagai warna dan ragam yang sangat unik dan menarik.

Koran Kompas memberika endosmen tentang cerpen Benny Arnas. Cerpen-cerpennya adalah keseksian sebuah tema yang bernama lokalitas. Jawa Pos memberikan komentar bahwa Benny mengatur ritme pengisahan dan alur dengan takaran yang pas.Sedangkan Koran Jakarta, menyatakan bahwa dia telah berhasil mengemas cerita dengan indah dan cerdik. (Arnas: 2014)

Cerpen-cerpen dalam antologi cerpen CTPT akan dilakukan analisis secara naratologi, yaitu secara cerita, perkataan, kisah, hikayat. Menurut Ratna (2015:128) bahwa naratologi adalah seperangkat konsep mengenai cerita dan penceritaan. Konsep-konsep yang berkaitan dengan narasi dan narator.

Dalam hal ini, analisis naratologi yang digunakan adalah naratologi yang diungkapkan oleh Gerard Genette. Menurut Ratna (2015:252) bahwa naratologi Gerard Genette memiliki landasan yaitu histoire dan récit. Histoire adalah seperangkat peristiwa, sebagai isi naratif. Dia mengacu pada esensi cerita atau teks yang ada di dalam pikiran pengarang  yang bersifat kronologis. Sedangkan récit adalah wacana atau teks naratif itu sendiri. Récit mengacu pada eksistensi kisah atau teks yang sampai kepada pembaca. Dari pemahaman tersebut di atas histoire kemudian dikenal sebagai cerita, dan récit sebagai penceritaan.

Identifikasi Unsur Naratologi dalam Cerpen-Cerpen Benny Arnas
Pemahaman sebuah karya sastra, dalam hal ini cerpen, tentu tidak dapat dilakukan tanpa terlebih dahulu memahami struktur karya.  Berkaitan dengan hal tersebut, pada uraian ini akan diidentifikasi unsur naratologi dari kedua belas cerpen karya benny Arnas. Menurut Genette, seperti yang uraikan Ratna dalam bukunya (2015) bahwa analisis naratif erat kaitannya dengan urutan atau susunan peristiwa, nyata atau fiksi, sebagai wacana. Dalam hal ini, kita harus menemukan dan menelusuri bagaimana keterjalinan alur cerita. Bagaimana histoire dan récit yang tergambar dan berkembang dalam cerpen-cerpen tersebut.

  1. Cerpen “Pengenala Mati dalam Hikayat Kami”
Cerpen ini pernah dipublikasikan AtjehTimes tahun 2012. Dalam cerpen ini menceritakan tentang tokoh Samin seorang pejuang kemerdekaan yang berkelana mengarungi hidup. Diceritakan tokoh Samin pernah mati 2 kali, tetapi masalah cintanya tidak pernah menua. Dia adalah sang tukang kawin. Hal ini tampak disampaikan pengarang pada awal cerita layaknya seorang dalang dalam pewayangan,
“Kepada mereka, ingin kukenalkan dirimu. Karena kau adalah mula segala cerita dan hikayat di atas hikayat. Ini tentang raibnya tukang kawin yang paling kerap menghampiri punggung Bukit Siguntang yang kehilangan pita suara sejak pertama kali Tuhan onggokkan di tanah lahir kami. Tukang kawin itu pada mulanya bukan tukang kawin, melainkan seorang pujangga yang dicinta gilai oleh rerimbun kecubung dan semak-semak yang kehilangan nama … “ (Arnas:2014:6)

Dalam cerpen ini, pengarang menggunakan sudut pandang orang ketiga, yaitu kau. Kata ini digunakan oleh narator dalam menceritakan kisah hidup Samin, si tokoh utama yang diceritakan. Bagaimana tokoh Samin yang berkelana dari hutan satu ke hutan lain. Diceritakan bagaimana dia sangat terobsesi dengan kecubung. Baginya, kecubung adalah bunga yang sangat rendah hati.

Histoire yang muncul dalam cerita ini adalah Samin, selain seorang pejuang kemerdekaan, dia adalah seorang pengelana yang masuk dari satu hutan ke hutan lain. Hidup mengalami dua fase kematian. Pertama, kematian dialami dalam keluarga dan kedua adalah karena dia bunuh diri dengan menggelantungkan di pohon merbau.

Récit yang muncul dalam cerita ini adalah awal cerita, narator menjelaskan tentang tokoh kau dalam cerita bahwa dia adalah tukang kawin, sang pengenala cinta. Setelah itu, dia diceritakan telah mengalami kematian dua kali. Pertama karena masalah keluarga. Cerita dilanjutkan dengan menjelaskan kau singgah di rimba karet, mengagumi bunga kecubung, terobsesi tentang kecubung sebagai bunga rendah hati. Kecubung tumbuh, mekar, dan gugur. Samin diketahui telah tergelantung di pohon merbau ketika ditemukan orang-orang. Setelah itu, narator mengucapkan kalimat “Begitulah kisah hidupmu yang kutahu. Seorang pengelana yang gagah, menyukai tantangan, dan tak takut mati.”

Cerita dilanjutkan dengan tentang Samin yang memiliki banyak istri, seorang pujangga sejati, dan kesendiriannya. Pada akhir cerita, diuraikan bagaimana orang-orang meributkan perihal tulisan untuk nisan sebagai penanda kelahiran dan kematiannya.

Cerita menggunakan alur mundur sehingga récit dalam cerita ini bisa digambarkan seperti di bawah ini:

 



       



  1. Cerpen “Gulistan”
Cerpen ini memiliki keunikan pada segi penceritaan. Menggunakan sudut pandang orang ketiga berbeda, yaitu kalian dan kau. Menggunakann kata kalian ketika menceritakan bagaimana seorang laki-laki sedang naik bus, berguncang, dan pada akhirnya mengalami kecelakaan.

Kata kau digunakan untuk menceritaan masing-masing tokoh, laki-laki dan perempuan yang menumpang bus tadi. Bagaimana ketika mereka kecelakaan dan berpisah, sama-sama menemukan seberkas cahaya yang kemudian berwujud pemuda dan pemudi di sebuah taman yang indah.

Histoire dalam cerita ini adalah bagaimana petualangan seorang pasutri yang sudah 10 tahun menikah tetapi mereka belum dikarunia keturunan. Pada bulan Ramadhan, malam lailatur qodar, mengasuh anak sebagai pancingan, sampai dengan meshodaqokan gaji veterannya. Kegelisahan sampai hijrah dilalui untuk bisa mewujudkan keinginan memiliki anak. Godaan seorang pemuda dan pemudi dari seberkas cahaya tidak melunturkan cinta mereka.

Récit yang dimuncukan dalam cerita ini menggunakan alur flasback. Pada awal diceritakan tokoh sedang naik bus, bertemu dengan dengan pemuda dan pemudi. Setelah itu masing-masing tokoh diceritakan di sebuah taman, berdialog dengan pemuda dan pemudi. Pada bagian akhir, tokoh (kalian) diceritakan adalah pasangan suami istri yang sedang berdoa di pintu gerbang Ramadhan, dengan harapan Tuhan menghembuskan ruh baru di rahimnya. Seperti dalam gambar di bawah ini,
 
 








  1. Cerpen “Orang Inggris”
Awal cerita dalam cerpen ini menggunakan penceritan masa lalu. Menggunakan sudut pandang cerita orang pertama dan ketiga, baik itu aku, ia, dan juga nama tokoh, pengarang pertama menceritakan bagaimana pengembaraan ke hutan yang dilakukan tokoh sampai dia bertemua dengan Charles. Pertemuan itu berbuah sebuah persahabatan sampai muncul benih cinta di antara mereka. Pertemuan dan benih cinta yang dialami tokoh kamu sepertinya melupakan dengan teman dekat yang dulu, yaitu Morgan Mistee.
Histoire dalam cerpen “Orang Inggris” adalah seorang manusia (tokoh) kamu sangat menginginkan kehidupan yang normal, memiliki istri dan anak. Bukan menanam bibit cinta dengan sesama jenis, baik itu Charles maupun Morgan Mistee. Dia ingin menjadi kebanggaan keluarga, nantinya.

Récit dalam cerita ini menggunakan alur flasback. Pada awal cerita, pengarang mencoba menceritakan masa lalu tokoh ketika menjadi seorang pengembara di hutan. Pertemuan dengan Charles, bayangan dengan tokoh lain, yaitu Morgan Mistee. Pada akhir cerita, tokoh ia sangat mendambahkan membangun keluarga normal, memiliki istri dan keturunan. Seperti dalam gambar di bawah ini,
 
 








  1. Cerpen “Pohon Tanjung itu Cuma Sebatang”
Dalam cerpen ini, pengarang menonjolkan cerita cinta dalam keluarga. Bagaimana seorang ayah yang sangat merindukan anak dan cucunya kembali ke rumah. Kerinduan dan penyesalan seorang ayah menumpuk. Kesalahan masa lalu ketika ayah memutuskan menikah Salma yang tidak mendapat restu anak-anaknya. Walhasil, Salma adalah sosok istri yang matre. Hanya mengharapkan kekayaan semata.

Histoire dalam cerpen ini adalah penyesalan dan kerinduan seorang ayah pada anak dan cucu-cucunya. Penantian panjang seorang ayah hanya dibayar dengan secarik surat yang mengabarkan bahwa anaknya yang tunggu telah meninggal karena kecelakaan.
Récit yang dimunculkan pengarang adalah menggunakan alur maju. Awal cerita dikisahkan dengan kerinduan dan penyesalan ayah kepada anaknya yang sudah pergi meninggalkan sendirian di rumah selama bertahun-tahun. Cerita berikutnya dibangun dengan penyesalan karena telah meningkahi Salma. Pada bagian akhir, tokoh ayah dikagetkan dengan berita yang dibaca melalui surat yang mengabarkan bahwa anaknya (Misral) meninggal dunia karena sepedanya jatuh dari jembatan yang patah saat angin berhembus kencang. Seperti dalam gambar di bawah ini,
 








  1. Cerpen “Muslihat Hujan Panas”
Cerita ini dibangun pada awalnya dengan ketakutan, kebencian, dan kemarahan Maisaroh (40th) pada hujan panas yang melanda kampungnya. Hujan panas tersebut telah merenggut 2 anak. Selain itu, diceritakan tentang perpisahan Maisaroh dengan suaminya, Samin.

Histoire dalam cerpen yang pernah dimuat di koran Kompas tahun 2013 ini adalah kerinduan seorang ibu pada anak dan suami ketika lebaran tiba. Hal ini terungkap dalam dialog di akhir cerita,
Ia mengingat-ingat, esok, Lebaran yang keberapakah yang ia lalui seorang diri (Arnas, 2014:56)

Récit yang dimunculkan pengarang adalah menggunakan alur maju. Awal cerita dikisahkan kebencian, ketakutan, dan kemarahan Maisaroh dengan kejadian hujan panas yang mereguk kedua nyawa anaknya. Kejadiaan ini juga diperparah dengan berpisahnya dia dengan suaminya, Samin. Seperti dalam gambar di bawah ini,
 





  1. Cerpen “Bunga Kecubung Bergaun Susu”
Cerita diawali dengan konflik batin yang dialami tokoh Mukhlisin (70th) yang tidak diakui sebagai pejuang oleh negara, tetapi temannya (Samin) teman seperjuangnya diakui oleh negara dengan menerima gaji veteran berupa tunjangan. Kekalutan dia lampiaskan dengan bekerja mengumpul kayu di hutan yang dia jual ke masyarakat.

Histoire dalam cerpen ini adalah kekecewaan tokoh (Mukhlisin) yang tidak dianggap sebagai pejuang kemerdekaan oleh negara. Jasa-jasa mengusir penjajah tidak dihargai. Diapun tidak mendapat gaji tunjangan untuk menghidupi di masa tuanya.

Récit dalam cerita ini menggunakan alur flasback. Pada awal cerita dikisahkan bagaimana Mukhlisin sangat kecewa karena Samin lah (teman seperjuangan) yang mendapat gaji tunjangan dari negara karena jasa-jasanya sebagai seorang pejuang kemerdekaan. Pada bagian tengah cerita, dikisahkan masa lalu dengan tanda kata dulu yang mengisahkan Mukhlisin ketika usia 50 tahun. Pada bagian akhir, dikisahkan kembali Mukhlisin yang sangat kecewa karena negara, Samin, dan juga kecubung telah memperolok dia. Seperti dalam gambar di bawah ini,

 

 





  1. Cerpen “Senapan Bengkok”
Cerpen ini membangun cerita pengarang menggunakan sudut pandang pengarang orang ketiga, menggunakan kata ganti orang kau dan nama tokoh (Samin, Salma, Maisaroh, dan Marla).

Histoire dilukiskan bagaimana Samin (84th), seorang vetaran, memiliki istri (Salma) yang masih berusia 20 tahun. Karena sering dilecehkan oleh Salma, Samin pun mengancam dan menakut-nakuti dengan pistol. Kejadian itulah yang mengakibatkan Samin menjadi buronan polisi. Dia mengutuki seorang pengecut, lawan orang tak berdaya sampai-sampainya harus menggunakan pistol.

Récit yang dimunculkan pengarang adalah menggunakan alur maju. Awal cerita permasalahan rumah tangga Samin dangan istrinya, Salma. Pernikahannya tidak disetujui oleh anak-anaknya karena Salma adalah wanita yang keras, emosional, dan hanya ingin harga dari Samin semata. Konflik rumah tangga pun terjadi, sampai Samin terpancing emosinya menggunakan pistol untuk menakut-nakuti Salma. Hal inilah sebagai petanda, Samin menjadi buron polisi. Diapun mengutuk sebagai seorang pengecut, bukan seorang pejuang kemerdekaan. Seperti dalam gambar di bawah ini,

 






  1. Cerpen “Batubujang”
Pada awal cerita, pengarang mencoba mengisahkan tokoh Anas yang marah pada penduduk yang menyemen parit dengan batubata dan batako bukan dengan batubujang. Pengarang dalam cerpen ini menggunakan sudut pandang orang ketiga dalam pengisahannya. Menggunakan kata ganti orang mereka, dan nama tokoh (Anas, Pak Mur, Mukhlisin, Bi Nun, Mang Jali).

Histoire dilukiskan bagaimana tokoh Anas marah para penduduk karena tidak menggunakan batubujang untuk menyemen parit. Tindakan ini seolah-olah akan mematikan Anas dan ayah tirinya, Pak Mur. Penduduk pun mengumpat mereka, dikatakan sebagai batubujang, tua bujang, tua bangka, dan tua mati. Selain itu, penduduk juga protes, pembuatan batubujang telah mengubah bukit yang hijau menjadi onggokan coklat. Pada akhir cerita, dikisahkan bahwa Anas dan ayah tirinya meninggal karena tertimba longsor.

Récit yang dimunculkan pengarang adalah menggunakan alur maju. Awal cerita dikisahkan tentang kemarahan Anas karena penduduk menggunakan batu bata dan batako bukan batubujang untuk menyemen parit. Kemarahan Anas pun dibalas dengan protes dari penduduk. Sampai akhirnya, anak dan Pak Mur meninggal kena longsor. Seperti dalam gambar di bawah ini,
 

 






  1. Cerpen “Belajar Setia”
Cerita ini diawali dengan kedatangan seorang pemuda yang masih berumur 14 tahun untuk menemui gadis pujaannya. Pada awalnya, gadis itu tidak pernah menghiraukan atas kehadirannya. Atas cerita masa lalu yang mengisahkan keluarga, ayah dan ibunya, gadis itu sangat terenyu, menganggap kedatangannya sebagai kesetiaan dalam memaknai cinta.

Histoire dalam cerita ini adalah kedatangan pemuda untuk menemui gadis pujaannya adalah mewujudkan impian masa lalu ayahnya. Ayahnya adalah tipe laki-laki setia pada cinta dan ibu dari gadis itupun adalah sosok perempuan yang setia juga. Maka, pemuda dan gadis tersebut adalah dipertemukan untuk mengikat kembali cinta-cinta dari orang tuanya.

Récit dalam cerita ini menggunakan alur flasback. Pada awal cerita dikisahkan pertemuan pemuda dan seorang gadis. Pada mulanya gadis itu tidak menghiraukan kehadiran pemuda tersebut. Beberapa saat kemudian, gadis itu merasa bahwa pemuda ini nama dan wajahnya tidak asing. Pernah masuk dalam mimpi-mimpinya. Untuk mengurai cerita, pengarang mencoba menggunakan alur mundur untuk mengetahui asal muasal siapa pemuda ini dan siapa orang tuanya. Setelah mengetahui asal usul pemuda ini, cerita dimulai kembali pada alur maju yang mencoba mengisahkan kembali gadis tersebut (Mayang) dan pemuda (Misral). Seperti dalam gambar di bawah ini,
 











  1. Cerpen “Tupai-Tupai Jatuh dari Langit”
Cerita dalam cerpen ini memang diilhami sebuah gambar tupai yang dilihat pengarang. Tupai-tupai itu nantinya akan dijadikan sebagai nilai pesan yang ingin disampaikan kepada pembaca. Diceritakan, Samin yang berusia 80th adalah seorang pemalas dengan gaji veterannya. Dia pernah menikah dengan Maisaroh. Pernikahannya kedua dengan Dewi. Dalam perjalanan pernikahan beberapa kali, Dewilah yang selalu mempertanyakan keadilan dalam rumah tangga, sampai akhirnya dia menginginkan sebuah perceraian. Pernyataan ini langsung ditolak oleh hati kecil dewi, supaya dia mempertahankan keutuhan keluarga.

Histoire dalam cerita ini adalah Samin yang menikahi Dewi, walaupun sebelumnya dia pernah menikah dengan Maisaroh.  Pernikahan dengan Dewi memunculkan nilai-nilai keadilan dalam keluarga, sampai akhirnya Dewi menginginkan perceraian.

Récit dalam cerita ini menggunakan alur maju. Hal ini bisa digambar seperti dibawah ini,
 

 








  1. Cerpen “Senja yang Paling Ibu”
Cerpen ini mencoba menggambarkan sebuah kekuatan cinta, antara anak dan ibu, walaupun itu bukan ibu kandung. Anak dituntun untuk terus menimbah ilmu agar sukses, sedang anak sangat ingin membahagiakan ibu setelah dia telah meraih kesuksesan hidupnya kelak. Pada akhir cerita, sad ending dimunculkan oleh pengarang, yang menyampaikan bahwa aku telah menjadi pelacur, dan sekarang sangat merindukan wajah ibunya.

Histoire dalam cerpen yang pernah dimuat di koran Jawa Pos tahun 2011 ini mengisahkan bagaimana hakikat cinta selalu memayungi kehidupan anak dan ibu. Kekuatan cinta yang dibangun anak dan ibu ini akan memberikan kebahagaiaan. Tetapi penyesalan datang ketika tokoh utama mengingkari sendiri arti sukses yang telah disampaikan ibu sebelum dia menempuh kuliah.

Récit dalam cerita ini menggunakan alur maju. Hal ini bisa digambar seperti dibawah ini,




 

 








  1. Cerpen “Cahaya dari Barat”
Dalam cerpen ini, pengarang menggunakan sudut pandang pengarang orang pertama dengan menggunakan kata ganti orang aku. Tokoh aku adalah tokoh yang sudah berusia 90 tahun, yang dalam sisa hidupnya ingin mengirim doa ke langit, beribadah, dan mendekatkan pada sang kholiq.

Histoire dalam cerita ini adalah bagaimana lika-liku kehidupan tokoh aku, seorang veteran yang berusia 90 tahun. Tokoh aku sudah beberapa kali menikah. Diusia yang semakin tua ini, dan sebelum malaikat Israfil meniup sangkakala, dia ingin mendekatkan diri dengan Tuhan. Maka, yang dia lakukan adalah berdoa, sholat, membaca Al-quran, tahajut, dan bershodaqoh.

Récit dalam cerita ini menggunakan alur maju. Hal ini bisa digambar seperti dibawah ini,







 

 










Penutup
Cerpen-cerpen dalam antologi CTPT karya Benny Arnas menyodorkan permasalahan cinta yang beragam makna. Kadang menukik kadang juga memberikan nilai kebahagiaan bagi tokoh. Cinta yang disemai dalam cerita-cerita Benny Arnas dilakoni oleh tokoh-tokoh yang kesemuannya adalah usia semakin tua. Di usia yang semakin tua ini, cinta tak pernah habis-habisnya. Cintanya tak pernah surut oleh waktu.

Sudut pandang pengarang lebih banyak menggunakan sudut pandang orang ketiga dengan kekuatan alur flasback dan maju. Alur yang digunakan pengarang ini bukan sekedar menempel tanpa makna, tetapi lebih mengedepankan mengetahui asal usul hakikat cinta itu sendiri, sehingga masing-masing tokoh lebih mengerti, mengenal, dan bisa memahami dan mengartikan makna dari kakikat cinta.






Daftar Pustaka


Arnas, Benny. 2014. Cinta Tak Pernah Tua. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Ratna, Nyoman Kutha. 2015. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar