26 Apr 2013

CERITA ANAK



Kupu-Kupu dan Mahkota Bunga
Karya: Ichwan Arif, S.S.





            Di taman, Bunga terlihat murung. Tidak ada keceriaan yang terpancar dari wajahnya. Hari-hari dilalui dengan kesedihan. Bahkan sinar matahari yang sering dinanti setiap pagi, dia lewatkan. Air matanya terus menetes dari kedua matanya.
            “Selamat pagi, Bunga?” sapa Kupu-Kupu Kuning ketika mendekat. Bungah tidak menjawab satu kata pun. Elok Kuntumnyapun tidak ditampakan seperti biasanya. Lebih sering, warna cerahnya tertutupi bekas air mata.  Kupu-Kupu Kuning menjadi bingung.
Dua sahabatnya yang lain, Kupu-Kupu Merah dan Putih, juga turut sedih. Bunga diam seribu bahasa. Dia memilih duduk sendirian di pojok taman.
“Ada apa dengan Bunga, ya?” ujar Kupu-Kupu Kuning, sambil duduk di dahan pohon cemara. “Tidak biasanya dia sedih seperti ini.”
“Kelihatan Bunga sangat sedih, tapi aku juga tidak tahu kira-kira ada masalah apa, ya” papar Kupu-Kupu Putih, kebingungan.
Gimana, kalau kita menanyakan masalah tersebut pada Bunga. Mudah-mudahan dia mau jurhat pada kita,” gumam Kupu-Kupu Merah, cepat. “Tapi ingat, kita harus bisa menjaga perasaannya supaya dia tidak marah,” lanjutnya, cepat.
“Ok, saya setuju dengan pendapat Kupu-Kupu Merah. Kita juga harus sepakat dulu, setelah kita mengetahui masalah Bunga, kita harus membantu sehingga kesedihan Bunga bisa cepat selesai dan kita bisa bermain-main lompat tali, dan mendapat nectar dari sari bunganya,” ujar Kupu-Kupu Kuning, sigap.
Ketiganya pun menyetujui dengan hasil diskusi. Mereka bersama-sama terbang menemui Bunga yang duduk sendirian. Sinar matahari sebentar lagi berwarna merah sebagai tanda sore akan berganti malam. Bunga belum menunjukkan keceriannya.  
“Maaf, ya teman-teman, mungkin kalian melihatku agak aneh hari ini,” papar Bunga, sedih, sambil mengusap air mata. “Maaf, Bunga. Apakah ada yang bisa kita bantu untuk menghilangkan kesedihanmu? Kami siap membantu apabila dibutuhkan,” jawab Kupu-Kupu Kuning, sambil menghapus air mata yang menentes di pipi Bunga.

“Aku sedih. Kemarin malam, Gagak mencuri mahkotaku saat aku sedang mengumpulkan kayu bakar di belakang rumah,” jelas Bunga. “Dia membawa mahkotaku ke Istana Peri jahat di balik gunung di sana,” lanjutnya, sambil menunjukkan arah gunung yang berada di depannya.
“Jangan bersedih Bunga, kami siap membantu,” kata Kupu-Kupu Merah, singat. “Kamu di sini saja, kami bertiga akan terbang menuju Istana Peri untuk mengambil mahkotamu.”
Ketiga Kupu-Kupu selanjutnya mengatur strategi dan mengeluarkan peta yang ada di tas ranselnya. Setelah berdiskusi hampir 10 menit, ketiga Kupu-Kupupun berpamitan. “Bunga, kami pergi dulu. Kamu berdoa supaya mahkota kamu bisa cepat kembali,” ujar Kupu-Kupu Putih, bersalaman.
“Hati-Hati, sahabatku! Gagak dikenal sangat licik. Bawalah serbuk sari ini. Nanti, ketika kamu ketemu Gagak dan penjaga istana, tebarkan serbuk ini. Mereka akan tertidur pulas. Setelah itu, ambillah mahkota yang disimpan di bilih istana,” jelas Bunga, sambil menyerahkan 3 kantung serbuk. “Baik, Bunga, kami akan laksanakan.” Ketiga Kupu-Kupu mengepakkan sayap, terbang menuju Istana Peri.
Tepat di pohon beringin tua, dekat Istana Peri, mereka berhenti. Terlihat berdiskusi yang serius, mempersiapan misi penyusupan. “Putih, kamu ke samping kanan istana. Kamu harus ekstra hati-hati, di sana banyak CCTV yang dipasang. Ketika terbang, jangan kedengaran suara kepakan sayapmu, setiap dinding istana semua dilengkapi penyadap suara yang supercanggih,” jelas Kupu-Kupu Kuning.
“Merah, kamu bergerak ke sisi kiri istana. Hati-hati karena setiap sisi sudut istana terdapat jebakan tombak yang siap menerjang tubuhmu,” perintah Kupu-Kupu Kuning, sambil menyerahkan kantung serbuk. “Saya sendiri akan menyusup dari depan. Nanti kita ketemu di depan bilik istana yang berada di ruang istana paling atas. Ada pertanyaan?” lanjutnya, sambil menjelaskan kepada teman-temannya.
“Ok, siap.” Kupu-Kupu Putih dan Merah, serempak menjawab. Merekapun melakukan aksi. Kupu-Kupu Putih terbang dengan hati-hati membawa kantong serbuk.
Kupu-Kupu Merah mengendap-endap ke arah samping istana. Kupu-Kupu Kuning terbang tinggi sambil menyebar serbuk kepada penjaga pintu gerbang. Hanya hitungan detik, kedua penjaga tertidur pulas.
Kupu-Kupu Putih dan Merah menyebarkan serbuk ke langit-langit istana. Gagak dan puluhan penjaga istana semua tertidur.  Mereka bergegas terbang menuju bilik istana. Sesuai rencana, mereka bertiga bertemu di depan bilik. Kupu-Kupu Kuning pun mengambil kunci pintu dari balik baju Si Gagak yang tergeletak di teras bilik.
Kriet……….. .” Pintu terbuka. Mahkota terlihat bercahaya, berkilauan.
“Cepat kita ambil. Dua menit lagi Gagak dan para penjaga akan bangun,” papar Kupu-Kupu Kuning. “Tit, titttttttttttt ………..” Alangkah kagetnya ketiga Kupu-Kupu. Bunyi sirine yang terdapat di balik tempat mahkota berbunyi keras. Mereka pun meninggalkan istana.
“Tutup pintu istana dan lepaskan seluruh jaring. Jangan sampai Kupu-Kupu itu lepas,” teriak Gagak, memerintahkan pada seluruh penjaga. Kupu-Kupu kuning, putih, dan merah mempercepat terbangnya, melesat bagai sinar. Belum sempat semua pintu tertutup dan jaring menyelimuti semua ruangan, mereka berhasil meninggalkan Istana Peri dengan selamat.
“Saya yakin, Bunga akan senang melihat mahkota ini berhasil kita bawa pulang. Yang jelas, dia tidak akan sedih kembali,” kata Kupu-Kupu Putih, dengan perasaan senang.
Wajah Bunga berbinar ketika melihat ketiga sahabatnya berhasil membawa mahkota. Dia langsung menyongsong sahabatnya dengan senyuman.
 “Terima kasih, sahabatku. Kalian adalah sahabatku yang paling baik,” jawab Bunga, sambil menerima mahkota. Kupu-Kupu Kuning, Putih, dan Merah saling berpandangan. Mereka gembira karena Bunga sudah bisa tersenyum. “Misi kita telah berhasil, kawan-kawan,” kata Kupu-Kupu Kuning, bangga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar