Ichwan Arif, S.S.*
SMP
Muhammadiyah 12 GKB Gresik, Gresik
*ichwan-arief.blogspot.com
*ich.arif75@yahoo.com
Abstrak
Menurunnya apresiasi sastra bagi siswa merupakan
indikasi lemahnya pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah. Kurikulum yang
menekankan pada ilmu tata bahasa, sepertinya harus diarahkan kembali pada tata
nilai apresiasi sastra. Hal ini sejalan dengan konsep pembelajaran bahasa
Indonesia, yaitu membaca dan mengarang. Arah pembelajaran bahasa Indonesia
haruslah mampu menjawab dan mengapresiasi diri peserta didik lebih konsisten
dan terarah. Yaitu, memberikan nilai lebih pada tatanan kehalusan perasaan dan
jiwa, nilai moral dan religius, dan sikap toleran. Selain itu,kemampuan
membaca, merenung, dan menafsirkan kembali kehidupan, sehingga akan menciptakan
karakter yang peduli. Media membelajaran Film Dokumenter ”Ketika Garamku
Melukis Namamu” karya pribadi ini adalah salah satu solusi alternatif media
pembelajaran apresiasi sastra. Media ini akan memberikan kemudahan-kemudahan
pada siswa dalam pembelajaran. Siswa akan lebih mudah dalam mencari tema,
menemukan pesan moral, menentukan latar/setting cerita, merangkai cerita/alur,
memahami tokoh dan karakternya, sampai dengan melihat gaya bahasa dan karakter
suasana dalam cerita. Model pembelajaran ini menekankan pada Belajar Berdasar
Aktivitas (BBA) dan memberikan stimulasi pada siswa dalam penanaman konsep
materi. Selain memberikan kemudahan dalam proses memahami isi cerita, media
film dokumenter menawarkan 2 keunggulan lainnya, yaitu bentuk visualisasi dan
durasi waktu cerita yang pendek. Hal ini akan membantu siswa dalam proses
pemahaman, pemaknaan, mengalisis, dan apresiasi isi cerita dengan lebih efektif.
Model pembelajaran apresiasi sastra dengan memanfaatkan media film dokumenter
adalah salah satu langkah kreatif dan inovatif dalam meningkatkan kemampuan
kognitif dan sekaligus memberikan sumbangsih pada tata nilai, khususnya
olahpikir, olahhati, dan olahrasa pada diri siswa.
Kata kunci: Film Dokumenter, Kreatif, Apresiasi
Sastra
Pendahuluan
Arah pembelajaran kita harus
mampu mengakomodasi kebermaknaan dan kebermajuan peserta didik. Kebermaknaan
adalah bagaimana siswa mampu menyerap dan mengaplikasi dengan mudah materi
keilmuan yang didapat. Kebermajuan adalah peningkatan performance
keilmuan. Untuk selanjutnya, mampu memberikan sumbangsih pada investasi
kultural dalam pembentukan karakter.
Strategi pembelajaran bukanlah
berorientasi pada tatanan yang instan dan spontan, yaitu hasil belajar. Hakikat
dari cita-cita luhur pembelajaran harus mampu diraih. Olahhati, olahrasa, dan
olahpikir harus menjadi arah yang jelas dalam ketercapaian maksud dan
tujuannya.
Pembelajaran bahasa Indonesia
semisal. Peta pembelajaran yang selama ini lebih menekankan pada segi
linguistik, yaitu ilmu tata bahasa, sekarang harus mampu memberikan porsi lebih
pada arah apresiasi sastra. Perubahan ini sangat mendasar dan beralasan. Kalau
konsep pengolahan tata bahasa secara teoretik lebih ditekankan, maka hasil
belajar hanya memproduk olahnilai/olahkognitif saja. Padahal, inti konsep
pembelajaran bahasa Indonesia adalah membaca dan mengarang.
Diharapkan dengan memberikan
porsi lebih pada pembelajaran apresiasi sastra, sama dengan kita berusaha
mengapresiasi diri peserta didik lebih konsisten dan terarah. Yaitu, memberikan
nilai lebih pada tatanan kehalusan perasaan dan jiwa, nilai moral dan religius,
dan sikap toleran. Selain itu, kemampuan
membaca, merenung dan menafsirkan kembali kehidupan, mampu menciptakan karakter
peduli pada diri siswa.
Belajar apresiasi sastra
memerlukan metode dan strategi yang tepat. Bukan hanya memilih media, cara dan
teknisnya, tetapi faktor menyenangkan harus diutamakan. Media, metode, atau
strategi sebagus apapun kalau unsur menyenangkan tidak diperhatikan, siswa akan
mengalami kejemuan dan apa akhirnya, metode klasik, ceramah, akan dilakukan
oleh guru dalam pembelajaran.
Mempelajari materi
apresiasi karya sastra sangat dibutuhkan media untuk mentransfer
pemikiran-pemikiran atau ide-ide yang
ada dalam karya sastra. Media akan menjadi daya stimulasi dunia imajinasi yang
ada dalam karya sastra untuk selanjutnya siswa melakukan analisis/apresiasi.
Sudjiman (1984) menyatakan bahwa kata apresiasi berasal dari kata “to
appreciate“ yang artinya menilai secara tepat, memahami dan menikmati.
Apresiasi sastra ialah kegiatan penghargaan terhadap karya sastra yang
didasarkan atas pemahaman. Dalam Kamus Istilah Sastra, pengertian apresiasi
sastra yaitu penghargaan atas karya sastra sebagai hasil pengenalan, pemahaman,
penafsiran, penghayatan dan peningkatan yang didukung oleh kepekaan batin
terhadap nilai-nilai yang terkandung dalam karya sastra tersebut.
Film dokumenter yang berjudul ”Ketika Garamku Melukis Namamu” (untuk
selanjutnya disingkat KGMN) salah
satunya media kreatif yang bisa digunakan dalam model pembelajaran apresiasi
sastra. Pemanfaatan media film dokumenter KGMN
diharapkan memberikan kemudahan siswa dalam melakukan analisis unsur intrinsik
karya sastra. Efek visual dan durasi cerita adalah salah satu keunggulan
sehingga siswa lebih mudah menentukan tema, amanat, alur cerita/plot, tokoh dan penokohan, setting/latar, dan suasana cerita.
Menurut Mustikasi (2008), media pembelajaran merupakan salah satu komponen
pembelajaran yang mempunyai peranan penting dalam kegiatan belajar mengajar.
Keberadaannya menjadi perantara guru dalam menyampaikan ide, pendapat, dan
materi yang akan diajarkan kepada siswa.
Metode
Jenis
penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan metode deskriptif. Peneliti
mencoba melakukan penggambaran terhadap objek kajian yaitu unsur intrinsik
karya sastra. Untuk selanjutnya, melakukan apresiasi sastra terhadap
unsur-unsurnya, antara lain tema, amanat, alur cerita/plot, tokoh dan penokohan, setting/latar,
dan suasana cerita.
Untuk
mencapai tujuan pembelajaran, penulis membuat rancangan penelitian, antara
lain: (1) membuat rumusan masalah, bagaimana proses analisis unsur intriksik
karya sastra, (2) tujuan penelitian, ingin mengetahui proses analisis unsur
intrinsik karya sastra, (3) menentukan KKM dan instrumen pengumpulan data, (4)
menentukan subjek, tempat, dan waktu penelitian, dan (5) hasil penelitian dan
analisisnya.
Penelitian
dengan menggunakan metode deskriptif menggunakan kelas eksperimen dan kelas
pembanding. Kelas VII B sebagai kelas eksperimen sedangkan VII A sebegai kelas
pembanding. Pada kelas eksperimen, pembelajaran menggunakan media film
dokumenter KGMN, sedangkan kelas
pembanding menggunakan media teks karya sastra dalam menganalisis unsur
intrinsik.
Kelas
eksperimen dan pembanding adalah kelas yang memiliki kemampuan hampir sama. Hal
ini dibuktikan dengan hasil prates yang dilakukan oleh penulis. Soal prates
pada 2 kelas tersebut adalah soal esai dengan materi menganalisis karya sastra
(cerpen). Penelitian pada kelas eksperimen dilaksanakan tanggal 15-19 Oktober
2012, sedangkan kelas pembanding dilakukan 22-26 Oktober 2012.
Setelah
hasil prates diketahui, penulis membuat instrumen pengumpulan data, antara lain
LKS, angket, dan wawancara. Lembar angket akan diberikan kepada siswa setelah
proses pembelajaran selesai dilakukan. Sedangkan wawancara digunakan untuk
mendalami hasil angkat.
Standar
siswa dinyatakan tuntas secara klasikal jika siswa yang mendapat nilai 75 lebih dari
atau sama dengan 85%. Sedangkan seorang siswa dinyatakan tuntas belajar pada
pokok bahasan atau sub pokok bahasan tertentu jika mendapat nilai minimal 75.
Film dokumenter KGMN merupakan film yang mulai dari tema, tokoh, skenario isi cerita, latar dan
alurnya dibuat sendiri oleh penulis. Durasi film dokumenter KGMN adalah 11 menit, 18 detik. Media
ini selanjutnya akan dimanfaatkan dalam proses belajar menganalisis unsur
intrinsik.
Hasil
Dalam proses prates
yang dilakukan pada kelas eksperimen dan pembanding, hasil yang didapat seperti
yang tertera dalam tabel 1.
No
|
Kelas
|
Tuntas
|
Blm Tuntas
|
% Ketuntasan
|
1
|
Eksperimen
|
19
|
8
|
70
|
2
|
Pembanding
|
20
|
7
|
74
|
Dari data prates
tersebut, kelemahan mendasar siswa dalam melakukan apresiasi karya sastra
berbentuk cerpen adalah, pertama, siswa
belum memahami unsur intrinsik sehingga dalam menjawab belum sempurna. Kedua, siswa masingh sangat dangkal
dalam melakukan analisis karya sastra, sehingga isi cerita belum sepenuhnya
dipahami dan dimengerti. Hal ini disebabkan proses pembacaan karya sastra yang
belum maksimal. Siswa masih belum mampu menarik intisari dari analisis unsur
intrinsik (tema, amanat, tokoh dan perwatakan, setting/latar, alur, dan suasana
cerita).
Melihat beberapa
kendala tersebut, penulis akan melakukan penelitian pada 2 kelas yang berbeda,
kelas eksperimen dan pembanding. Pada kelas eksperimen pembelajaran menggunakan
media film dokumenter KGMN dan kelas
pembanding menggunakan media teks karya sastra.
Masing-masing kelas,
eksperimen dan pembanding, penulis melakukan tahapan dalam proses pembelajaran,
yaitu menjelaskan konsep materi analisis unsur intrinsik dan langkah-langkah
dalam melakukan proses analisis unsurnya. Setelah proses menjelaskan, penulis
membukan forum tanya jawab dan dialog interaktif. Hal ini dilakukan untuk
proses komunikasi 2 arah antara penulis dengan siswa. Dasar langkah ini
dilakukan adalah penulis ingin mengetahui apakah ada materi dan langkah kerja
yang belum dipahami dan yang tidak dimengerti.
Langkah berikutnya,
kelas eksperimen, setelah proses menjelaskan unsur intrinsik, menggunakan media
film dokumenter KGMN sebagai objek
kajian. Kelas pembanding menggunakan media teks cerpen “Robohnya Surau Kami” (selanjutnya disingkat RSK) karya A.A. Navis.
Setelah siswa di
kelas eksperimen melihat tayangan film dokumenter dan analisis cerpen RSK pada kelas pembanding, mereka
melakukan proses analisis unsur intrinsik, mulai dari tema, amanat, tokoh dan
perwatakan, setting/latar, alur, dan suasana cerita. Hasil yang didapat ketika
instrument pengambilan data berupa LKS diberikan kepada siswa pada 2 kelas
tersebut, bisa dilihat dalam tabel 2, di bawah ini:
No
|
Kelas
|
Tuntas
|
Blm Tuntas
|
% Ketuntasan
|
∑ Rata
Prestasi Belajar
|
1
|
Eksperimen
|
27
|
0
|
100
|
79
|
2
|
Pembanding
|
25
|
2
|
93
|
78
|
Untuk mendalami
hasil LKS, penulis mengeluarkan angket yang berikan kepada siswa ketika
pembelajaran selesai dilakukan, baik pada kelas eksperimen dan pembanding. Pertanyaan
dalam angket isinya seputar penggunaan media film dokumenter KGMN dan media teks cerpen, yaitu
semangat belajar, nyaman atau tidak, kemudahan dalam belajar, dan prestasi
belajar. Hasil angkat yang didapat bisa dilihat dalam tabel 3 di bawah ini:
No
|
Kelas
|
Jml Skor Jawaban Ya
|
Persentase
|
1
|
Eksperimen
|
260
|
90
|
2
|
Pembanding
|
235
|
81
|
Hasil angket akan
didalami dengan teknik wawancara. Pertanyaan wawancara kepada narasumber
(siswa) seputar media pembelajaran film dokumenter, antara lain: pendapat
peranan media, kemudahan dalam belajar, sampai dengan semangat belajar. Penulis
mengambil 2 narasumber secara acak untuk dimintai pendapat tentang proses
pembelajaran.
Dua puluh tujuh
siswa di kelas eksperimen menyatakan bahwa penggunaan media film dokumenter
lebih mudah dalam melakukan analisis isi cerita secara intrinsik. Mereka lebih
mudah memahami alur isi cerita. Selain itu, faktor visualisasi, memberikan
kemudahan-kemudahan dalam penggambaran sisi latar dan suasana yang membangun
cerita.
Pada kelas
pembanding, 2 narasumber yang diambil secara acak menyatakan bahwa media teks
cerpen RSK kurang memberikan
stimulasi dalam melakukan analisis unsur intrinsik. Menurut mereka, selain
belum memahami isi cerpen RSK secara
maksimal karena faktor membaca, mereka kurang memiliki semangat dan daya
antusiasme dalam melakukan proses analisis.
Hal ini ditandai dengan prilaku belajar, sambil lalu, kurang konsentrasi, dan
kurang serius.
Pemerolehan data
dari instrument LKS, angket, dan penelusuran melalui wawancara, membuktikan
bahwa media film dokumenter KGMN dapat
meningkatkan motivasi belajar. Stimulasi media kreatif tersebut mampu
meningkatkan performance kompetensi
belajar siswa.
Simpulan
Pemanfaatan film dokumenter KGMN sebagai media kreatif dalam pembelajaran apresiasi karya
sastra pada materi analisis unsur intrinsik karya sastra memiliki beberapa
keunggulan yang memberika kemudahakan siswa dalam melakukan proses belajar. Pertama, media film dokumenter bisa
dijadikan stimulasi/daya rangsang belajar siswa dalam memahami isi cerita.
Kedua, faktor visualisasi film dokumenter memberikan
kemudahan lebih pada siswa dalam melakukan analisis secara mendalam isi cerita.
Mulai dari menentukan intisari dari tema, menemukan amanat/pesan yang
terkandung dalam isi, melihat alur atau jalan cerita, menjelaskan karakter
masing-masing tokoh, menentukan karakter latar dan suasana cerita.
Ketiga, film dokumenter sebagai media untuk
membangkitkan motivasi belajar dan meningkatkan prilaku belajar yang lebih
aktif dan menyenangkan.
Dengan pemanfaatan media film dokumenter, secara
tidak langsung akan berpengaruh besar terhadap pencapaian kompetensi siswa
dalam belajar. Hal ini dibuktikan dari rekap pemerolehan hasil belajar lewat
instrumen pengambilan data berupa LKS.
Hasil angket dari siswa juga memberikan sinyal
yang signifikan terhadap motivasi dan semangat belajar siswa yang mengalami
grafik meningkat. Untuk mendalami peningkatan motivasi dan semangat belajar
siswa dengan pemanfaatan media film dokumenter, hasil wawancara juga
mempertegas bahwa media tersebut memiliki keunggulan-keunggulan yang mampu
mempermudah siswa dalam belajar.
Referensi
Mustikasi, Ardiani. 2008.
”Mengenal Media Pembelajaran”. http://edu-articles.com/mengenal-media-pembelajaran/
Sudjiman, Panuti. 1984. Kamus Istilah Sastra. Jakarta:Gramedia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar