Tinjauan terhadap Materi-Materi dalam
Rubrik Deteksi Jawa Pos
Bentuk Abstraksi Komunikasi Remaja
(Karya : Ichwan Arif,
S.S.)
Sama halnya dengan komunikasi,
informasi berita dalam media massa
adalah sebuah bentuk proses dinamik transaksional yang bisa mempengaruhi
sikap dan prilaku seseorang. Selain itu, dalam proses tersebut terdapat
beberapa stimulasi berupa isyarat-isyarat kepada sumber dan penerima
tentang kualitas dan kredibilitas pesan yang diberikan.
Dalam rubrik Deteksi Jawa Pos,
sebenarnya kalau kita telusuri lebih dalam adalah menawarkan sebuah bentuk
komunikasi kepada pembaca (baca: remaja). Hal ini bisa kita cermati lewat unsur-unsur yang terkandung. Ada sumber, pemberi, penyandian / lambang (encoding),
pesan, dan penerima (receiver). Kelima hal tersebut adalah unsur yang sangat fundamental dalam menciptakan
komunikasi.
Pathos Komunikasi Remaja
Bagi remaja, kehadiran rubrik Deteksi bisa memberikan warna
tersendiri dalam bersikap dan berprilaku. Selain mengandalkan tema-tema materi
yang lagi booming di kalangan remaja, dalam rubrik tersebut juga
memberikan pathos (ketertarikan) terhadap permasalahan-permasalahan yang
sering timbul dan pernah dilakukan oleh remaja.
Deteksi dengan cermat meneropong permasalahan yang sangat akrab dengan dunia remaja,
mulai dari permasalahan di rumah, sekolah, sahabat, sampai dengan percintaan.
Dia di sini selain berdiri sebagai sumber, dia juga memiliki fungsi ganda
sebagai pemberi yang memberikan sebuah informasi kepada pembaca. Yang menarik
di sini adalah, Deteksi mencoba ‘menggelindingkan bola salju’ tema kepada
responden terlebih dahulu. Hal ini bisa kita lihat lewat data responden
berdasarkan usia, jenis kelamin dan pendidikannya. Dari hasil respon tersebut
diolah menjadi informasi-informasi yang akan dibalikkan kembali kepada pembaca
secara luas.
Siklus antara sumber dan pemberi ini menjadi ciri khas tersendiri bagi Deteksi.
Hal ini dimaksudkan selain sebagai bentuk penghormatan terhadap audien terhadap
isi, juga memberikan keotentikan informasi. Ini membuktikan bahwa sumber
mencoba membangkitkan minat lewat tatanan isi dan pengalaman.
Abstraksi Rubrik Sebagai Sarana Komunikasi
Usaha membangkitkan minat yang dilakukan oleh sumber, direfleksikan lewat
isi rubrik. Si Det, Bla Bla Bla, Tak Tik Tak, Profil, Cartoon
Corner, Share, dan abstraksi hasil polling. Ketujuh isi tersebut
masing-masing memiliki warna bahasan tersendiri. Kalau Si Det, berbicara
lewat bahasa gambar dan tulis. Bla Bla Bla, menyodorkan tanggapan dari
ahli. Tak Tik Tak, bersuara tentang simpulan isi. Profil, lebih
pada menjabarkan data polling. Share, adalah cerminan pengalaman dari
tokoh idolah remaja. Sedangkan abstraksi hasil polling, adalah
uraian data yang memuat bentuk wawancara secara langsung sumber dan responden.
Tatanan nilai yang diberikan
sumber komunikasi tersebut tidak lain dan tidak bukan adalah sebagai strategi
dalam usaha memperlancar informasi masuk ke penerima (baca: pembaca). Dengan
kata lain, jalinan yang dibangun tersebut adalah salah satunya adalah untuk menunjukkan simpati terhadap informasi
yang beberkan secara umum. Ini bisa dideteksi lewat data lengkap dan ketuntasan
informasi yang dibahas. Mulai hal yang sepele, semisal mencontek ketika ujian,
dibahas secara baik dan sederhana dari beberapa sudut. Ahli berbicara tentang
kebiasaan buruk pelajar, pelajar bicara blak-blakkan lewat bahasa wawancara
dengan data pernah melakukan atau tidak.
Tokoh idola juga ikut-ikutan bicara tentang simpati ingkatan berupa pengalaman
yang pernah dia lakukan.
Jalinan komunikasi tersebut membawa
efek yang luar biasa terhadap sikap dan prilaku pembaca. Seorang ahli
memberikan tanggapan dan masukan seputar permasalahan yang dibahas. Hal ini
bisa dijadikan pondasi pemikiran pembaca untuk instropeksi diri, merenung, dan
melakukan hal-hal yang positif. Kehadiran tokoh idola yang memberikan shareing
berupa pengalaman, menunjukkan informasi yang disampaikan memberikan
kepastikan publik bahwa idola pernah dan merasakan hal yang sama dengan
pembaca.
Untuk menjembatani komunikasi
yang terjalin, sumber dan pemberi informasi membuat lambang-lambang sebagai
ungkapan perasaan dan pikiran yang bisa secara langsung dirangsang dengan mudah
oleh penerima informasi. Salah satunya dengan gambar kartun. Selain untuk
menerjemahkan inti pikiran-pikiran informasi, gambar ini dijadikan sebagai
‘jalan tol’ untuk mencernah kode-kode bahasa yang menjadi sasaran pokok
pembahasan. Ketika pembaca tertawa, tersenyum atau cemberut, itu merupakan
isyarat pembuka bahwa komunikasi ‘pertama’ berhasil ditangkap.
Unsur keempat adalah pesan (massage). Kalau Lambang bersifat
internal. Pesan bersifat eksternal. Lambang akan menghasilkan pesan-pesan.
Sedangkan Pesan sendiri merupakan rakitan dari lambang-lambang yang berupa
perasaan dan pikiran yang harus sampai dari sumber ke penerima, bila sumber
bermaksud mempengaruhi penerima. Ketergantungan komunikasi tersebut adalah
bentuk holistik dari karakteristik komunikasi itu sendiri.
Ketika Deteksi membahas permasalahan sekitar sekolah; mulai dari
mencontek, membentuk gang di kelas, suntuk terhadap mata pelajaran tertentu,
mading sekolah sampai dengan guru yang killer. Sekitar rumah; mulai dari
uang saku, orang tua yang cerewet, dekorasi kamar tidur, sampai dengan urusan
sarapan. Sekitar pergaulan; mulai dari percintaan, selingkuh, putus
pacar, urusan backstreet sampai dengan nonton film blue.
Pengangkatan tema tersebut pasti memiliki maksud atau pesan tertentu. Atau paling tidak memberikan bukti
pengalaman-pengalaman berharga.
Pesan lebih mudah diterjemahkan
oleh penerima karena dalam rubrik tersebut menyiapkan kolom-kolom yang
diperuntukkan khusus untuk memberikan penegasan akhir. Seorang ahli, dalam Bla-Bla
Bla, memberikan point of view lewat kajian akademistis. Pola-pola
pikir tersebut memberikan penyadaran akan sebuah aksiomatik pada sikap
dan tingkah laku. Pesan yang
tersamar lewat kode bahasa, didealektikan ke dalam bentuk yang lebih sederhana.
Lebih objektif. Dengan demikian penerima akan bisa leluasa masuk dalam kaidah
pesan utamanya.
Kolom Tak Tik Tak, fungsinya hampir sama dengan kolom ahli. Tetapi
keberadaan dia lebih pada penandasan ulang dari pembicaraan yang disampaikan
oleh ahli. Pada titik ini, kita disuguhkan pada simpulan. Apa dan
bagaimana, permasalahan digambarkan lebih detail. Disampaikan dengan
menitikberatkan pada pemahaman dan kebertahuan informasi.
Di sinilah letak kredit poin
berupa amanat yang ingin disampaikan sumber kepada penerima. Bahwa, sumber
komunikasi, Deteksi, melempar keinginan. Keinginan tersebut akan dijembatani
oleh penerima komunikasi. Lewat sebuah pemikiran, perenungan, dan analisis,
untuk sampai pada kehendak dari pembaca. Motivasi tersebut lebih pada respon
komunikasi balik yang saling menguntungkan.
Kesantunan Berbahasa
Selain mengedapankan pada pada masalah yang up to date pada kemasan
berita, sumber komunikasi juga memilih ‘kesantunan berbahasa’ dalam
menyampaikan kehendak. ‘Kesantunan berbahasa’ yang dipilih oleh sumber
komunikasi adalah penggunaan bahasa remaja. Daya magnet bahasa ini, dengan
harapan menambah keakraban antara sumber dan penerima komunikasi. Kesantunan
berbahasa ini dibakukan dalam bahasa remaja. Bahasa ini menjadi pengikat
imajinasi dan daya jelajah ekspresi remaja untuk mendalami, mengupas, dan
menjabarkan isi. Misal, kata ngomongin, nggak, bikin, malu-maluin, ngerjain,
mbolos, nerangin, mbingungin, sering digunakan sebagai sarana ‘penjernih’
dalam komunikasi.
‘Peremajakan’ bahasa yang dilakukan oleh sumber, tidak lain dan tidak bukan
adalah untuk mengefektifkan jalannya komunikasi. Usaha tersebut adalah sebagai
bentuk representasi kesatuan-kesatuan bahasa untuk menciptakan maksud dan
tujuan penulis. Salah satu tujuan yang hendak dibidik adalah literary
discourse, yaitu untuk menghibur, menyenangkan atau yang mengandung tujuan
estetik.
Tapi kadangkala batas ‘kesantunan berbahasa’ juga pernah dilanggar dalam
penjabaran permasalahan. Kesantunan berbahasa juga sering kali kebablas.
Tindak lokusi atau tindak
bertutur ada kalanya menggunakan idiom kata yang kurang layak untuk dipakai.
Ini bisa dilihat dalam penggunaan kata sindikat, bego, prostitusi pendidikan
(Jawa Pos, 19 Movember 2005). Sebenarnya kata-kata tersebut dapat
tergantikan oleh kata-kata lain yang memiliki makna sama. Dengan begitu, tindak lokusi bisa melakukan eufimisme
bahasa dalam indirect speech act atau tindak tutur tak langsung lewat
media
Kesantunan berbahasa, sebenarnya adalah motivasi pertama yang dibawa oleh
tindak ilokusi, sumber komunikasi. Kehadirannya bukan tidak mungkin akan
bisa membawa alam pikiran penerima ke dalam alam pikiran sumber komunikasi. Hal
ini adalah bentuk ‘keteraturan’ dalam komunikasi publik.
Upaya
Membentuk Opini Publik
Langsung maupun tak langsung, keberadaan rubrik Deteksi
telah memberikan warna warni terhadap abstraksi remaja metropolis. Beberapa permasalahan yang dilontarkan dalam
bentuk tulisan sedikit banyak telah ‘mempengaruhi’ publik remaja. Hal inilah
menjadi titik poin, bahwa keberadaan berhasil membentuk opini publik.
Semisal, Deteksi, Minggu, 11 Desember 2005, menampilkan arti favorit ala
Deteksi. Mulai dari penyanyi solo, pelawak, presenter, bintang iklan, group
band, pembaca berita, dan bintang film. Kehadiran data polling terhadap
responden telah memberikan image kepada pembaca bahwa pengakuan
mereka-mereka telah menentukan sebuah kemenangan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar