Pengertian Drama
a.
Drama adalah suatu aksi atau perbuatan (bahasa yunani). Sedangkan dramatik adalah jenis karangan yang
dipertunjukkan dalan suatu tingkah laku, mimik dan perbuatan. Sandiwara adalah
sebutan lain dari drama di mana sandi adalah rahasia dan wara adalah pelajaran.
Orang yang memainkan drama disebut aktor atau lakon.
b. Kata “drama”
berasal dari bahasa Yunani draomai yang berarti
berbuat, berlaku, bertindak, beraksi, dan sebagainya. Drama berarti perbuatan,
tindakan atau action (Harymawan, 1988:1). Menurut Aristoteles,
drama adalah tiruan (imitasi) dari action (Dietrich, 1953:3). Ada beberapa pengertian
yang dirumuskan oleh banyak ahli di bidang drama: Menurut Moulton, drama adalah
hidup yang dilukiskan dengan gerak (life presented action). Menurut Brander Mathews, konflik dari
sifat manusia merupakan sumber pokok drama. Menurut Ferdinand Brunetierre,
drama haruslah melahirkan kehendak manusia dengan action. Menurut
Balthazar Verhagen, drama adalah kesenian melukiskan sifat dan sikap manusia
dengan gerak. Menurut Dietrich, drama adalah cerita konflik manusia dalam
bentuk dialog, yang diproyeksikan dengan menggunakan percakapan dan action
pada pentas di hadapan penonton (audience).
Drama adalah cerita tentang konflik manusia, kita tidak
bisa memahami sampai kita tahu kapan, mengapa, dan bagaimana konflik manusia.
Drama adalah cerita dalam bentuk dialog, drama tak lebih dari interpretasi
kehidupan, drama adalah salah satu bentuk kesenian. Drama dirancang untuk
penonton, drama bergantung pada komunikasi. Jika drama tidak komunikatif,
maksud pengarang, pembangun respon emosional tidak akan sampai (Dietrich,
1953:4).
Mempelajari naskah drama dapat dilakukan dengan cara
mempelajari dengan seksama kata-kata, ungkapan, kalimat atau pernyataan
tertentu yang dipergunakan oleh pengarang dalam naskah drama yang ditulisnya.
Memang penonton mungkin tidak pernah membaca sendiri dialog dalam naskah.
Mereka mendengarkan dialog diucapkan oleh aktor di panggung (Ghazali, 2001:2)
Berdasarkan beberapa teori tersebut bisa ditarik
kesimpulan bahwa drama adalah sebuah lakon atau cerita berupa kisah kehidupan
dalam dialog dan lakuan tokoh berisi konflik manusia. Drama sebagai karya
sastra dapat dibedakan menurut dua penggolongan mendasar yaitu drama sebagai
sastra lisan dan drama sebagai karya tulis. Sebagai sastra lisan drama adalah
teater, sedang drama sebagai karya tulis adalah peranan naskah terhadap
komunikasi drama itu sendiri. Dalam hal ini lebih ditekankan aspek pembaca drama
daripada penonton, dan merubah pendekatan yang berorientasi kepada aktor ke
pendekatan yang berorientasi terhadap naskah.
Jenis Drama
Drama menurut masanya dapat dibedakan dalam dua jenis yaitu drama baru dan
drama lama.
1. Drama Baru / Drama Modern adalah drama yang
memiliki tujuan untuk memberikan pendidikan kepada mesyarakat yang umumnya
bertema kehidupan manusia sehari-hari.
2. Drama Lama / Drama Klasik adalah drama
khayalan yang umumnya menceritakan tentang kesaktian, kehidupan istanan atau
kerajaan, kehidupan dewa-dewi, kejadian luar biasa, dan lain sebagainya.
Macam-Macam Drama
Berdasarkan Isi Kandungan Cerita :
1. Drama Komedi adalah drama yang
lucu dan menggelitik penuh keceriaan.
2. Drama Tragedi adalah drama yang ceritanya sedih penuh kemalangan.
3. Drama Tragedi Komedi adalah drama yang ada sedih dan ada lucunya.
4. Opera adalah drama yang mengandung musik dan nyanyian.
5. Lelucon / Dagelan adalah drama
yang lakonnya selalu bertingkah pola jenaka merangsang gelak tawa penonton.
6. Operet / Operette adalah opera yang ceritanya lebih pendek.
7. Pantomim adalah drama yang
ditampilkan dalam bentuk gerakan tubuh atau bahasa isyarat tanpa pembicaraan.
8. Tablau adalah drama yang mirip
pantomim yang dibarengi oleh gerak-gerik anggota tubuh dan mimik wajah
pelakunya.
9. Passie adalah drama yang mengandung unsur agama / relijius.
10. Wayang adalah drama yang pemain dramanya
adalah boneka wayang. Dan lain sebagainya.
Bahan Penulisan Drama
Tokoh
Drama dibangun dari konflik, karakter manusia adalah bahan dasarnya. Drama
adalah cerita tentang tokoh manusia dalam konflik. Pertunjukan yang dramatis
harus menggambarkan kehidupan dari tokoh-tokohnya (Dietrich, 1953:25). Tidak
ada drama tanpa pelaku, bagaimanapun bentuk dan jenis drama tersebut. Secara
umum dapat dikatakan bahwa peristiwa-peristiwa yang ditampilkan dalam karya
sastra selalu diemban atau terjadi atas diri tokoh-tokoh tertentu. Pelaku yang
mengemban peristiwa dalam cerita, sehingga peristiwa tersebut mampu menjalin
suatu cerita yang padu disebut tokoh (Maryaeni, 1992:39). Inti sebuah naskah
drama terletak pada hadirnya keinginan seorang tokoh dan ia berjuang keras
untuk mencapainya. Hidup bagi tokoh itu akan terasa tidak bermakna jika tujuan
atau cita-cita yang ingin dicapainya itu kandas di perjalanan. Berbagai cara
dia lakukan untuk memperoleh keinginan atau tujuan hidupnya (Ghazali, 2001:10).
Dengan demikian berdasarkan beberapa pengertian diatas, untuk menganalisis
tokoh dan hadirnya pola motivasional tokoh dapat dilakukan melalui pemahaman
dialog dan tingkah laku atau perbuatan tokoh yang hadir dalam drama.
Situasi/Latar
Jika situasi adalah dasar dari gerak kehidupan, begitu pula dalam drama.
Setiap lakon adalah rentetan situasi, dimulai dari situasi yang berubah dan
berkembang selama action terlaksana. Bahannya
bersumber pada kehidupan, sedangkan drama adalah penggarapan bahan tersebut
(Dietrich, 1953:25). Latar adalah lingkungan tempat untuk mengekspresikan diri
tokoh, dan tempat terjadinya peristiwa. Latar dapat berfungsi sebagai metominia
atau metafora yaitu sebagai ekspresi dari tokoh-tokoh yang ada (Wellek &
Warren, 1990:291). Menurut Aminuddin (1986:136) fungsi latar adalah: (1) fungsi
fisikal, memberikan informasi situasi (ruang dan tempat) sebagaimana adanya
sehingga sebuah cerita menjadi logis, (2) fungsi psikologis, sebagai keadaan
batin para tokoh atau menjadi metafor dari keadaan emosional dan spiritual
tokoh, bila later tersebut mampu menuansakan makna tertentu.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa berdasarkan macamnya latar
dibagi atas latar fisik dan latas sosial. Sedang secara fungsional latar dapat
dibedakan menjadi latar fisik dan latar psikologis.
Tema/Topik
Topik atau tema adalah ide pokok dari lakon atau
drama. Tema mungkin adalah maksud dan keinginan pengarang, mungkin sebuah kisah
nyata yang benar-benar terjadi, atau bisa jadi imajinasi pengarang berdasarkan
latar belakang dan pengalaman hidupnya (Dietrich, 1953:25). Dalam drama istilah tema sering disebut
dengan istilah premise, yang berperan sebagai landasan
pengembangan pola bangun cerita (Harymawan, 1988:24). Tema merupakan pokok
pikiran atau sesuatu yang melandasi suatu karya sastra diciptakan. Tema
merupakan sesuatu yang paling hakiki dalam setiap karya sastra meskipun tidak
meninggalkan dan mengesampingkan unsur lainnya (Maryaeni, 1992:32).
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa penulis mengembangkan ceritanya
didasari oleh pemahaman sebuah tema. Namun sebaliknya seorang pembaca untuk
memahami sebuah tema harus lebih dulu memahami unsur-unsur signifikan naskah
yang menjadi media pemapar tema.
Struktur Lakuan
Drama
Betapapun seandainya sebuah naskah
dikembangkan menjadi naskah tanpa plot, namun tetap ada tuntutan bahwa
pengembangan tokoh harus jelas melalui rangkaian tertentu. Menurut Ghazali (2001:7),
plot sebuah naskah drama ialah pengembangan peristiwa-peristiwa dramatik
melalui munculnya motivasi-motivasi yang mengenai karakter tersebut.
Aristoteles membagi permainan dalam dua
bagian yaitu komplikasi dan penyelesaian.
Dari pemahaman tersebut ditafsirkan menjadi lima bagian: esposition,
complication, climax, resolution / denouement, dan conclusion / catastrophe.
Pada tahun 1863 Gustav Freytag menggambar piramida action
memakai lima
pembagian Aristoteles berdasar pada komplikasi dan penyelesaian
yang menjadi rising action (munculnya
aksi dramatis) sampai klimaks dan falling action (turunnya
tensi permainan) sampai akhir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar