Mencipta Motivasi dan Strategi Pengembangan Kreativitas Menulis bagi Siswa
Oleh: Ichwan Arif, S.S.
Masalah yang
dihadapi dunia pendidikan kita saat ini adalah masalah lemahnya proses
pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, peserta didik kurang didorong untuk
mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran di kelas hanya diarahkan
kepada proses kemampuan anak menghafal informasi; otak anak dipaksa untuk
mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami
informasi yang diingatnya itu untuk menghubungkannya dengan kehidupannya
sehar-hari. Akibatnya ketika mereka lulus, mereka pintar secara teoretis, akan
tetapi miskin dalam aplikasi.
Salah satu dari
berbagai permasalah tersebut terletak pada lemahnya kemampuan menulis siswa. Kebanyakan
siswa lebih berorientasi pada menghafal teori dalam menyelesaikan soal-soal.
Mereka minim sekali dalam pembelajaran menulis secara praktik. Ruang gerak
meraka dalam mengapresiasikan diri dalam pengembangan ide, gagasan, atau
argumen lewat menulis sangat lemah. Kurang.
Adalah pengalaman
belajar yang kurang kita transfer ke siswa. Guru kurang memberikan pengalaman
belajar, khususnya dalam pembiasaan menulis. Di sini guru bahasa Indonesia
tidak bisa dijadikan kambing hitan dalam lemahnya pembiasaan menulis siswa.
Tetapi menjadi tanggung jawab guru secara keseluruhan.
Kata kuncinya
adalah bekerja sama antarguru mata pelajaran. Guru mata pelajaran bahasa
Indonesia bisa mengajarkan tentang penulisan sebuah karya tulis ilmiah yang
baik dalam bentuk makalah yang sangat sederhana. Guru mata pelajaran lain bisa
memberikan tugas kepada siswa untuk menuliskan sebuah karya tulis dalam bentuk
makalah sederhana. Guru sejarah, misalnya, bisa menugaskan siswa membuat
karangan tentang bagaimana terjadinya Perang Diponegoro. Guru IPA dapat
menyuruh siswa menyusun karya tulis sederhana tentang budi daya jamur tiram
putih. Guru matematika bisa menugasi anak didiknya tentang aplikasi limit dan
integral dalam kehidupan sehari-hari.
Kedua, adalah
energi motivasi kepada siswa harus benar-benar dijadikan sebagai ’alat bantu’
yang bisa menjembatani antara niat, minat, dan produk.
Motivasi ada dua, yaitu motivasi Intrinsik dan motivasi ektrinsik. Motivasi
intrinsik adalah motivasi yang timbul dari dalam diri individu sendiri tanpa
ada paksaan dorongan orang lain, tetapi atas dasar kemauan sendiri. Motivasi
ekstrinsik adalah motivasi yang timbul sebagai akibat pengaruh dari luar
individu. Aapakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga dengan keadaan demikian siswa mau
melakukan sesuatu atau belajar.
Bagi siswa yang selalu memperhatikan materi
pelajaran yang diberikan, bukanlah masalah bagi guru. Karena di dalam diri
siswa tersebut ada motivasi, yaitu motivasi intrinsik. Siswa yang demikian
biasanya dengan kesadaran sendiri memperhatikan penjelasan guru. Rasa ingin
tahunya lebih banyak terhadap materi pelajaran yang diberikan. Berbagai
gangguan yang ada disekitarnya, kurang dapat mempengaruhinya agar memecahkan
perhatiannya.
Lain halnya bagi siswa yang tidak ada motivasi di dalam dirinya, maka motivasi ekstrinsik yang merupakan dorongan dari luar dirinya mutlak diperlukan. Di sini tugas guru adalah membangkitkan motivasi peserta didik sehingga ia mau melakukan belajar.
Lain halnya bagi siswa yang tidak ada motivasi di dalam dirinya, maka motivasi ekstrinsik yang merupakan dorongan dari luar dirinya mutlak diperlukan. Di sini tugas guru adalah membangkitkan motivasi peserta didik sehingga ia mau melakukan belajar.
Strategi Menulis
Anggapan yang keliru bahwa
menulis itu memerlukan bakat khusus. Sebenarnya, 90 persen kemampuan penulis dihasilkan
lewat pembelajaran, yaitu latihan menulis. Hanya 10 persen yang terkait dengan
faktor bakat. Itu berarti faktor bakat tidak cukup dominan mengarahkan seseorang
menjadi penulis atau tidak. Justru faktor pembelajaranlah yang cukup dominan
berpengaruh.
Strategi untuk mengembangkan pembelajaran menulis
di sekolah adalah:
1.
Beri siswa permasalahan
2.
Ajak siswa untuk merekam
permasalahan dalam tulisan
3.
Ajak siswa untuk menjawab 5W +
1H dalam setiap permasalahan
4.
Beri ruang gerak siswa dalam
mengapresiasikan gagasan idenya
5.
Beri mereka sarana untuk
mengaktualisasikan karya
6.
Beri penghargaan
Kata Kunci
Menulis, berarti kita memasuki dunia ketrampilan. Semakin sering seseorang
menulis, maka ia semakin terampil. Semakin trampil seseorang menulis, maka ia
semakin menghasilkan tulisan yang berbobot. Karena ia harus trampil bertata
bahasa dan EYD yang baik, juga trampil menuangkan gagasan yang ada, trampil
membaca kondisi masyarakat, trampil mencari footnote, dan trampil untuk
menperdalam masalah. Begitu juga kalau seseorang harus belajar bahasa Inggris,
Ibrani, dan Yunani, semakin giat menghafalkan kata-kata baru dan melatih
menerjemahkan, maka ia semakin trampil menghasilkan terjemahan yang tepat. Oleh
karena itu, never go down !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar