14 Nov 2012

Enjoy Fun Learning : Memeta Mata Rantai Pendidikan Kita

Babakan sejarah pendidikan di Indonesia mengalami proses yang unik. Fase dinamika tersebut diawali sebelum kemerdekaan dengan mengadopsi 2 model kurikulum. Pertama, muatan agama, yang dibawa orang pribumi dan dipelopori para raja. Kedua, muatan umum yang dibawa para penjajah. Lewat arsitek Ahmad Dahlan, terobosan yang jenius di bidang pendidikan coba dikibarkan.

Dengan mengawinkan muatan agama dan umum, buah pemikirannya yang kemudian dikendalikan dibawah motor Majelis Dikdasmen (Pendidikan dasar dan Menengah) telah memberikan kontribusi yang sangat berarti dalam peta pendidikan Indonesia.

Belajar dari sejarah, bentuk continous Improvement adalah bagaimana sekarang dan ke depan, model pendidikan (baca: sekolah) yang telah digagas oleh Ahmad Dahlan, diorientasikan menjadi sekolah yang enjo fun dan penuh inovasi. Dengan dasar tersebut, sekolah kita akan diminati dan menjadi pilihan pertama masyarakat.

Skenario pendidikan tersebut membutuhkan banyak instrumen yang saling mendukung. Tidak bergerak sendirian. Salah satu aspek yang sangat berpengaruh adalah guru yang akan mengusung metode belajar yang tidak kaku. Lepas dari keterbelenguan. Di sinilah, guru akan menjalankan langkah awal untuk dalam skenario besar pembelajaran.

Pertama, guru sebagai agen perubahan. Guru harus melakukan renovasi diri dengan cara membaca visi misi sekolah, kemauan kurikulum, dan dunia luar sekolah. Atau dengan kata lain, mereka harus belajar tiada henti dengan cara up grading skill masing-masing secara aktif. Selanjutnya melakukan transfer knowledge ke siswa yang nantinya akan menjadikan obyek belajar yang new update. Hal in dapat dilakukan dengan cara sesama rumpun mata pelajaran, lintas mata pelajaran, praktisi engineer, atau belajar melalui network dunia maya/internet.

Kedua, metode pendekatan ke siswa. Kita berharap, siswa at home di sekolah. Untuk itu, kita harus wujudkan surga sekolah di mata siswa. Suasana belajar yang menyenangkan harus kita ciptakan. Ajak mereka ‘bermain-main’ eksperimen. Mengeksplorasi dan mengkaji data ilmiah di laboratorium. Ajak siswa presentasi hasil diskusi. Belajar mengungkapkan gagasan, pikiran sekaligus melatih performance di depan publik.

Ajak mereka mengamati lingkungan sebagai penelitian pencemaran. Ajak berpikir bagaimana mengolah sampah dan menghijaukan lingkungan. Atau memberi PR membawa apel, kertas, dan plastik. Berikutnya, ajaklah untuk menanam di tempat khusus, apa yang telah dibawa siswa. Durasi perminggu, bongkar apa yang telah ditanam. Suruh mengamati tingkat kemampuan tanah dalam mengurai buah, kertas dan platik. Yang terakhir menarik simpulan dari eksperimen tadi.
Hal yang perlu diperhatikan juga adalah kedekatan siswa dan guru. Guru berharap bisa sebagai tempat motivasi, mediator, dan moderator. Hilangkan kesan seperti majikan dengan pembantu. Robot yang menunggu perintah sang pemegang remot.

Ciptakan peluang anak berkarya melalui berbagai model. Misalnya science expo, lomba Jurnalis Mading, festifal film Indie, IT camp, science camp, english community, atau pameran karya seni dan fotografer.
Anak diajak berfikir aplikasi karya. Membuat pertisida nabati, minyak bio disel dari Jagung, pengolah limbah minyak jelanta menjadi sabun mandi atau pembuatan water rocket dari botol plastik. Kegiatan ‘bermain-main’ tersebut memberikan motivasi tersendiri bagi siswa untuk lebih menyukai IPA dan matematika.

Ketiga, integrasi dengan agama. "Apakah tidak engkau renungkan. Apakah tidak engkau lihat ? Apakah tidak engkau pikirkan ?“ Dan masih banyak ungkapan lagi dalam Al qur’an sebagai sumber motivasi dalam mengkaji dan belajar.

Guru harus pintar untuk mengaitkan setiap akhir pembelajaran dengan nilai agama. Hal ini akan membantu keteguhan hati dan semakin dekat dengan Sang Kholik.Semisal, dengan membangun kualitas ibadah dengan merenungi ciptaan Allah lewat Surat Al Jaatsiyah 45. Memberi inspirasi astronomi lewat Surat Al Baqorah 164, Surat Al Anbiyaa’ 33, Surat Yasin 3, dan Surat Adz Dzariyaat 7. Memberi inspirasi kekuatan dalam Surat Al Hadid 25.

Kita harus keluar dari kekakuan metode pembelajaran. Siswa itu membutuhkan pengalaman aplikasi keilmuan dan transfer logika problem solving dari guru.
Mencipta pembelajaran enjoy and fun yang mengena pada sasaran dan target. Penuh kreativitas dan inovasi. Memberikan ruang gerak untuk bereksperimen dalam memproduk karya. Memberi pengalaman-pengalaman baru akan lebih ‘berharga’ daripada sekedar duduk manis mendengarkan untaian teori di dalam kelas. Siswa adalah objek yang mengkaji ilmu bukan penampung ilmu semata.

Predikat guru akan lebih memiliki makna dengan continous Improvement. Predikat guru akan lebih berharga dengan siswa yang memiliki kemampuan dalam aplikasi dan inovasi yang kontekstual yang dipoles dengan nilai-nilai moral spiritual.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar