27 Nov 2012

FILM DOKUMENTER “KETIKA GARAMKU MELUKIS NAMAMU” SEBAGAI MEDIA KREATIF PEMBELAJARAN APRESIASI SASTRA





FILM DOKUMENTER “KETIKA GARAMKU MELUKIS NAMAMU” SEBAGAI MEDIA KREATIF PEMBELAJARAN APRESIASI SASTRA

Ichwan Arif, S.S.*

SMP Muhammadiyah 12 GKB Gresik, Gresik
*ichwan-arief.blogspot.com
*ich.arif75@yahoo.com

Abstrak
Menurunnya apresiasi sastra bagi siswa merupakan indikasi lemahnya pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah. Kurikulum yang menekankan pada ilmu tata bahasa, sepertinya harus diarahkan kembali pada tata nilai apresiasi sastra. Hal ini sejalan dengan konsep pembelajaran bahasa Indonesia, yaitu membaca dan mengarang. Arah pembelajaran bahasa Indonesia haruslah mampu menjawab dan mengapresiasi diri peserta didik lebih konsisten dan terarah. Yaitu, memberikan nilai lebih pada tatanan kehalusan perasaan dan jiwa, nilai moral dan religius, dan sikap toleran. Selain itu,kemampuan membaca, merenung, dan menafsirkan kembali kehidupan, sehingga akan menciptakan karakter yang peduli. Media membelajaran Film Dokumenter ”Ketika Garamku Melukis Namamu” karya pribadi ini adalah salah satu solusi alternatif media pembelajaran apresiasi sastra. Media ini akan memberikan kemudahan-kemudahan pada siswa dalam pembelajaran. Siswa akan lebih mudah dalam mencari tema, menemukan pesan moral, menentukan latar/setting cerita, merangkai cerita/alur, memahami tokoh dan karakternya, sampai dengan melihat gaya bahasa dan karakter suasana dalam cerita. Model pembelajaran ini menekankan pada Belajar Berdasar Aktivitas (BBA) dan memberikan stimulasi pada siswa dalam penanaman konsep materi. Selain memberikan kemudahan dalam proses memahami isi cerita, media film dokumenter menawarkan 2 keunggulan lainnya, yaitu bentuk visualisasi dan durasi waktu cerita yang pendek. Hal ini akan membantu siswa dalam proses pemahaman, pemaknaan, mengalisis, dan apresiasi isi cerita dengan lebih efektif. Model pembelajaran apresiasi sastra dengan memanfaatkan media film dokumenter adalah salah satu langkah kreatif dan inovatif dalam meningkatkan kemampuan kognitif dan sekaligus memberikan sumbangsih pada tata nilai, khususnya olahpikir, olahhati, dan olahrasa pada diri siswa.

Kata kunci: Film Dokumenter, Kreatif, Apresiasi Sastra




Pendahuluan
Arah pembelajaran kita harus mampu mengakomodasi kebermaknaan dan kebermajuan peserta didik. Kebermaknaan adalah bagaimana siswa mampu menyerap dan mengaplikasi dengan mudah materi keilmuan yang didapat. Kebermajuan adalah peningkatan performance keilmuan. Untuk selanjutnya, mampu memberikan sumbangsih pada investasi kultural dalam pembentukan karakter.
Strategi pembelajaran bukanlah berorientasi pada tatanan yang instan dan spontan, yaitu hasil belajar. Hakikat dari cita-cita luhur pembelajaran harus mampu diraih. Olahhati, olahrasa, dan olahpikir harus menjadi arah yang jelas dalam ketercapaian maksud dan tujuannya.
Pembelajaran bahasa Indonesia semisal. Peta pembelajaran yang selama ini lebih menekankan pada segi linguistik, yaitu ilmu tata bahasa, sekarang harus mampu memberikan porsi lebih pada arah apresiasi sastra. Perubahan ini sangat mendasar dan beralasan. Kalau konsep pengolahan tata bahasa secara teoretik lebih ditekankan, maka hasil belajar hanya memproduk olahnilai/olahkognitif saja. Padahal, inti konsep pembelajaran bahasa Indonesia adalah membaca dan mengarang.
Diharapkan dengan memberikan porsi lebih pada pembelajaran apresiasi sastra, sama dengan kita berusaha mengapresiasi diri peserta didik lebih konsisten dan terarah. Yaitu, memberikan nilai lebih pada tatanan kehalusan perasaan dan jiwa, nilai moral dan religius, dan sikap toleran. Selain itu,  kemampuan membaca, merenung dan menafsirkan kembali kehidupan, mampu menciptakan karakter peduli pada diri siswa.
Belajar apresiasi sastra memerlukan metode dan strategi yang tepat. Bukan hanya memilih media, cara dan teknisnya, tetapi faktor menyenangkan harus diutamakan. Media, metode, atau strategi sebagus apapun kalau unsur menyenangkan tidak diperhatikan, siswa akan mengalami kejemuan dan apa akhirnya, metode klasik, ceramah, akan dilakukan oleh guru dalam pembelajaran.
Mempelajari materi apresiasi karya sastra sangat dibutuhkan media untuk mentransfer pemikiran-pemikiran atau ide-ide  yang ada dalam karya sastra. Media akan menjadi daya stimulasi dunia imajinasi yang ada dalam karya sastra untuk selanjutnya siswa melakukan analisis/apresiasi.
Sudjiman (1984) menyatakan bahwa kata apresiasi berasal dari kata “to appreciate“ yang artinya menilai secara tepat, memahami dan menikmati. Apresiasi sastra ialah kegiatan penghargaan terhadap karya sastra yang didasarkan atas pemahaman. Dalam Kamus Istilah Sastra, pengertian apresiasi sastra yaitu penghargaan atas karya sastra sebagai hasil pengenalan, pemahaman, penafsiran, penghayatan dan peningkatan yang didukung oleh kepekaan batin terhadap nilai-nilai yang terkandung dalam karya sastra tersebut.
Film dokumenter yang berjudul ”Ketika Garamku Melukis Namamu” (untuk selanjutnya disingkat KGMN) salah satunya media kreatif yang bisa digunakan dalam model pembelajaran apresiasi sastra. Pemanfaatan media film dokumenter KGMN diharapkan memberikan kemudahan siswa dalam melakukan analisis unsur intrinsik karya sastra. Efek visual dan durasi cerita adalah salah satu keunggulan sehingga siswa lebih mudah menentukan tema, amanat, alur cerita/plot, tokoh dan penokohan, setting/latar, dan suasana cerita.
Menurut Mustikasi (2008),  media pembelajaran merupakan salah satu komponen pembelajaran yang mempunyai peranan penting dalam kegiatan belajar mengajar. Keberadaannya menjadi perantara guru dalam menyampaikan ide, pendapat, dan materi yang akan diajarkan kepada siswa.

Metode
Jenis penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan metode deskriptif. Peneliti mencoba melakukan penggambaran terhadap objek kajian yaitu unsur intrinsik karya sastra. Untuk selanjutnya, melakukan apresiasi sastra terhadap unsur-unsurnya, antara lain tema, amanat, alur cerita/plot, tokoh dan penokohan, setting/latar, dan suasana cerita.
Untuk mencapai tujuan pembelajaran, penulis membuat rancangan penelitian, antara lain: (1) membuat rumusan masalah, bagaimana proses analisis unsur intriksik karya sastra, (2) tujuan penelitian, ingin mengetahui proses analisis unsur intrinsik karya sastra, (3) menentukan KKM dan instrumen pengumpulan data, (4) menentukan subjek, tempat, dan waktu penelitian, dan (5) hasil penelitian dan analisisnya.
Penelitian dengan menggunakan metode deskriptif menggunakan kelas eksperimen dan kelas pembanding. Kelas VII B sebagai kelas eksperimen sedangkan VII A sebegai kelas pembanding. Pada kelas eksperimen, pembelajaran menggunakan media film dokumenter KGMN, sedangkan kelas pembanding menggunakan media teks karya sastra dalam menganalisis unsur intrinsik.
Kelas eksperimen dan pembanding adalah kelas yang memiliki kemampuan hampir sama. Hal ini dibuktikan dengan hasil prates yang dilakukan oleh penulis. Soal prates pada 2 kelas tersebut adalah soal esai dengan materi menganalisis karya sastra (cerpen). Penelitian pada kelas eksperimen dilaksanakan tanggal 15-19 Oktober 2012, sedangkan kelas pembanding dilakukan 22-26 Oktober 2012.
Setelah hasil prates diketahui, penulis membuat instrumen pengumpulan data, antara lain LKS, angket, dan wawancara. Lembar angket akan diberikan kepada siswa setelah proses pembelajaran selesai dilakukan. Sedangkan wawancara digunakan untuk mendalami hasil angkat.
Standar siswa dinyatakan tuntas secara klasikal jika siswa yang mendapat nilai 75 lebih dari atau sama dengan 85%. Sedangkan seorang siswa dinyatakan tuntas belajar pada pokok bahasan atau sub pokok bahasan tertentu jika mendapat nilai minimal 75.
Film dokumenter KGMN merupakan film yang mulai dari tema, tokoh, skenario isi cerita, latar dan alurnya dibuat sendiri oleh penulis. Durasi film dokumenter KGMN adalah 11 menit, 18 detik. Media ini selanjutnya akan dimanfaatkan dalam proses belajar menganalisis unsur intrinsik.

Hasil
Dalam proses prates yang dilakukan pada kelas eksperimen dan pembanding, hasil yang didapat seperti yang tertera dalam tabel 1.

No
Kelas
Tuntas
Blm Tuntas
% Ketuntasan
1
Eksperimen
19
8
70
2
Pembanding
20
7
74
Dari data prates tersebut, kelemahan mendasar siswa dalam melakukan apresiasi karya sastra berbentuk cerpen adalah, pertama, siswa belum memahami unsur intrinsik sehingga dalam menjawab belum sempurna. Kedua, siswa masingh sangat dangkal dalam melakukan analisis karya sastra, sehingga isi cerita belum sepenuhnya dipahami dan dimengerti. Hal ini disebabkan proses pembacaan karya sastra yang belum maksimal. Siswa masih belum mampu menarik intisari dari analisis unsur intrinsik (tema, amanat, tokoh dan perwatakan, setting/latar, alur, dan suasana cerita).
Melihat beberapa kendala tersebut, penulis akan melakukan penelitian pada 2 kelas yang berbeda, kelas eksperimen dan pembanding. Pada kelas eksperimen pembelajaran menggunakan media film dokumenter KGMN dan kelas pembanding menggunakan media teks karya sastra.
Masing-masing kelas, eksperimen dan pembanding, penulis melakukan tahapan dalam proses pembelajaran, yaitu menjelaskan konsep materi analisis unsur intrinsik dan langkah-langkah dalam melakukan proses analisis unsurnya. Setelah proses menjelaskan, penulis membukan forum tanya jawab dan dialog interaktif. Hal ini dilakukan untuk proses komunikasi 2 arah antara penulis dengan siswa. Dasar langkah ini dilakukan adalah penulis ingin mengetahui apakah ada materi dan langkah kerja yang belum dipahami dan yang tidak dimengerti.
Langkah berikutnya, kelas eksperimen, setelah proses menjelaskan unsur intrinsik, menggunakan media film dokumenter KGMN sebagai objek kajian. Kelas pembanding menggunakan media teks cerpen “Robohnya Surau Kami” (selanjutnya disingkat RSK) karya A.A. Navis.
Setelah siswa di kelas eksperimen melihat tayangan film dokumenter dan analisis cerpen RSK pada kelas pembanding, mereka melakukan proses analisis unsur intrinsik, mulai dari tema, amanat, tokoh dan perwatakan, setting/latar, alur, dan suasana cerita. Hasil yang didapat ketika instrument pengambilan data berupa LKS diberikan kepada siswa pada 2 kelas tersebut, bisa dilihat dalam tabel 2, di bawah ini:

No
Kelas
Tuntas
Blm Tuntas
% Ketuntasan
  Rata Prestasi Belajar
1
Eksperimen
27
0
100
79
2
Pembanding
25
2
93
78

Untuk mendalami hasil LKS, penulis mengeluarkan angket yang berikan kepada siswa ketika pembelajaran selesai dilakukan, baik pada kelas eksperimen dan pembanding. Pertanyaan dalam angket isinya seputar penggunaan media film dokumenter KGMN dan media teks cerpen, yaitu semangat belajar, nyaman atau tidak, kemudahan dalam belajar, dan prestasi belajar. Hasil angkat yang didapat bisa dilihat dalam tabel 3 di bawah ini:

No
Kelas
Jml Skor Jawaban Ya
Persentase
1
Eksperimen
260
90
2
Pembanding
235
81

Hasil angket akan didalami dengan teknik wawancara. Pertanyaan wawancara kepada narasumber (siswa) seputar media pembelajaran film dokumenter, antara lain: pendapat peranan media, kemudahan dalam belajar, sampai dengan semangat belajar. Penulis mengambil 2 narasumber secara acak untuk dimintai pendapat tentang proses pembelajaran.
Dua puluh tujuh siswa di kelas eksperimen menyatakan bahwa penggunaan media film dokumenter lebih mudah dalam melakukan analisis isi cerita secara intrinsik. Mereka lebih mudah memahami alur isi cerita. Selain itu, faktor visualisasi, memberikan kemudahan-kemudahan dalam penggambaran sisi latar dan suasana yang membangun cerita.
Pada kelas pembanding, 2 narasumber yang diambil secara acak menyatakan bahwa media teks cerpen RSK kurang memberikan stimulasi dalam melakukan analisis unsur intrinsik. Menurut mereka, selain belum memahami isi cerpen RSK secara maksimal karena faktor membaca, mereka kurang memiliki semangat dan daya antusiasme dalam melakukan proses analisis. Hal ini ditandai dengan prilaku belajar, sambil lalu, kurang konsentrasi, dan kurang serius.
Pemerolehan data dari instrument LKS, angket, dan penelusuran melalui wawancara, membuktikan bahwa media film dokumenter KGMN dapat meningkatkan motivasi belajar. Stimulasi media kreatif tersebut mampu meningkatkan performance kompetensi belajar siswa.

Simpulan
Pemanfaatan film dokumenter KGMN sebagai media kreatif dalam pembelajaran apresiasi karya sastra pada materi analisis unsur intrinsik karya sastra memiliki beberapa keunggulan yang memberika kemudahakan siswa dalam melakukan proses belajar. Pertama, media film dokumenter bisa dijadikan stimulasi/daya rangsang belajar siswa dalam memahami isi cerita.
Kedua, faktor visualisasi film dokumenter memberikan kemudahan lebih pada siswa dalam melakukan analisis secara mendalam isi cerita. Mulai dari menentukan intisari dari tema, menemukan amanat/pesan yang terkandung dalam isi, melihat alur atau jalan cerita, menjelaskan karakter masing-masing tokoh, menentukan karakter latar dan suasana cerita.
Ketiga, film dokumenter sebagai media untuk membangkitkan motivasi belajar dan meningkatkan prilaku belajar yang lebih aktif dan menyenangkan.
Dengan pemanfaatan media film dokumenter, secara tidak langsung akan berpengaruh besar terhadap pencapaian kompetensi siswa dalam belajar. Hal ini dibuktikan dari rekap pemerolehan hasil belajar lewat instrumen pengambilan data berupa LKS.
Hasil angket dari siswa juga memberikan sinyal yang signifikan terhadap motivasi dan semangat belajar siswa yang mengalami grafik meningkat. Untuk mendalami peningkatan motivasi dan semangat belajar siswa dengan pemanfaatan media film dokumenter, hasil wawancara juga mempertegas bahwa media tersebut memiliki keunggulan-keunggulan yang mampu mempermudah siswa dalam belajar.

Referensi
Mustikasi, Ardiani. 2008. ”Mengenal Media Pembelajaran”.  http://edu-articles.com/mengenal-media-pembelajaran/
Sudjiman, Panuti. 1984. Kamus Istilah Sastra. Jakarta:Gramedia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar