27 Nov 2012

Bentuk Abstraksi Komunikasi Remaja



Tinjauan terhadap Materi-Materi dalam Rubrik Deteksi Jawa Pos

Bentuk Abstraksi Komunikasi Remaja

(Karya : Ichwan Arif, S.S.)

Sama halnya dengan komunikasi, informasi berita dalam media massa adalah sebuah bentuk proses dinamik transaksional yang bisa mempengaruhi sikap dan prilaku seseorang. Selain itu, dalam proses tersebut terdapat beberapa stimulasi berupa isyarat-isyarat kepada sumber dan penerima tentang kualitas dan kredibilitas pesan yang diberikan.
Dalam rubrik Deteksi Jawa Pos, sebenarnya kalau kita telusuri lebih dalam adalah menawarkan sebuah bentuk komunikasi kepada pembaca (baca: remaja). Hal ini bisa kita cermati lewat unsur-unsur yang terkandung. Ada  sumber, pemberi, penyandian / lambang (encoding), pesan, dan penerima (receiver). Kelima hal tersebut adalah unsur yang sangat fundamental dalam menciptakan komunikasi.

Pathos Komunikasi Remaja
Bagi remaja, kehadiran rubrik Deteksi bisa memberikan warna tersendiri dalam bersikap dan berprilaku. Selain mengandalkan tema-tema materi yang lagi booming di kalangan remaja, dalam rubrik tersebut juga memberikan pathos (ketertarikan) terhadap permasalahan-permasalahan yang sering timbul dan pernah dilakukan oleh remaja.
Deteksi dengan cermat meneropong permasalahan yang sangat akrab dengan dunia remaja, mulai dari permasalahan di rumah, sekolah, sahabat, sampai dengan percintaan. Dia di sini selain berdiri sebagai sumber, dia juga memiliki fungsi ganda sebagai pemberi yang memberikan sebuah informasi kepada pembaca. Yang menarik di sini adalah, Deteksi mencoba ‘menggelindingkan bola salju’ tema kepada responden terlebih dahulu. Hal ini bisa kita lihat lewat data responden berdasarkan usia, jenis kelamin dan pendidikannya. Dari hasil respon tersebut diolah menjadi informasi-informasi yang akan dibalikkan kembali kepada pembaca secara luas.
Siklus antara sumber dan pemberi ini menjadi ciri khas tersendiri bagi Deteksi. Hal ini dimaksudkan selain sebagai bentuk penghormatan terhadap audien terhadap isi, juga memberikan keotentikan informasi. Ini membuktikan bahwa sumber mencoba membangkitkan minat lewat tatanan isi dan pengalaman.

Abstraksi Rubrik Sebagai Sarana Komunikasi
Usaha membangkitkan minat yang dilakukan oleh sumber, direfleksikan lewat isi rubrik. Si Det, Bla Bla Bla, Tak Tik Tak, Profil, Cartoon Corner, Share, dan abstraksi hasil polling. Ketujuh isi tersebut masing-masing memiliki warna bahasan tersendiri. Kalau Si Det, berbicara lewat bahasa gambar dan tulis. Bla Bla Bla, menyodorkan tanggapan dari ahli. Tak Tik Tak, bersuara tentang simpulan isi. Profil, lebih pada menjabarkan data polling. Share, adalah cerminan pengalaman dari tokoh idolah remaja. Sedangkan abstraksi hasil polling, adalah uraian data yang memuat bentuk wawancara secara langsung sumber dan responden.
Tatanan nilai yang diberikan sumber komunikasi tersebut tidak lain dan tidak bukan adalah sebagai strategi dalam usaha memperlancar informasi masuk ke penerima (baca: pembaca). Dengan kata lain, jalinan yang dibangun tersebut adalah salah satunya adalah  untuk menunjukkan simpati terhadap informasi yang beberkan secara umum. Ini bisa dideteksi lewat data lengkap dan ketuntasan informasi yang dibahas. Mulai hal yang sepele, semisal mencontek ketika ujian, dibahas secara baik dan sederhana dari beberapa sudut. Ahli berbicara tentang kebiasaan buruk pelajar, pelajar bicara blak-blakkan lewat bahasa wawancara dengan data pernah melakukan  atau tidak. Tokoh idola juga ikut-ikutan bicara tentang simpati ingkatan berupa pengalaman yang pernah dia lakukan.
Jalinan komunikasi tersebut membawa efek yang luar biasa terhadap sikap dan prilaku pembaca. Seorang ahli memberikan tanggapan dan masukan seputar permasalahan yang dibahas. Hal ini bisa dijadikan pondasi pemikiran pembaca untuk instropeksi diri, merenung, dan melakukan hal-hal yang positif. Kehadiran tokoh idola yang memberikan shareing berupa pengalaman, menunjukkan informasi yang disampaikan memberikan kepastikan publik bahwa idola pernah dan merasakan hal yang sama dengan pembaca.
Untuk menjembatani komunikasi yang terjalin, sumber dan pemberi informasi membuat lambang-lambang sebagai ungkapan perasaan dan pikiran yang bisa secara langsung dirangsang dengan mudah oleh penerima informasi. Salah satunya dengan gambar kartun. Selain untuk menerjemahkan inti pikiran-pikiran informasi, gambar ini dijadikan sebagai ‘jalan tol’ untuk mencernah kode-kode bahasa yang menjadi sasaran pokok pembahasan. Ketika pembaca tertawa, tersenyum atau cemberut, itu merupakan isyarat pembuka bahwa komunikasi ‘pertama’ berhasil ditangkap.
Unsur keempat adalah pesan (massage). Kalau Lambang bersifat internal. Pesan bersifat eksternal. Lambang akan menghasilkan pesan-pesan. Sedangkan Pesan sendiri merupakan rakitan dari lambang-lambang yang berupa perasaan dan pikiran yang harus sampai dari sumber ke penerima, bila sumber bermaksud mempengaruhi penerima. Ketergantungan komunikasi tersebut adalah bentuk holistik dari karakteristik komunikasi itu sendiri.
Ketika Deteksi membahas permasalahan sekitar sekolah; mulai dari mencontek, membentuk gang di kelas, suntuk terhadap mata pelajaran tertentu, mading sekolah sampai dengan guru yang killer. Sekitar rumah; mulai dari uang saku, orang tua yang cerewet, dekorasi kamar tidur, sampai dengan urusan sarapan. Sekitar pergaulan; mulai dari percintaan, selingkuh, putus pacar, urusan backstreet sampai dengan nonton film blue. Pengangkatan tema tersebut pasti memiliki maksud atau pesan  tertentu. Atau paling tidak memberikan bukti pengalaman-pengalaman berharga.
Pesan lebih mudah diterjemahkan oleh penerima karena dalam rubrik tersebut menyiapkan kolom-kolom yang diperuntukkan khusus untuk memberikan penegasan akhir. Seorang ahli, dalam Bla-Bla Bla, memberikan point of view lewat kajian akademistis. Pola-pola pikir tersebut memberikan penyadaran akan sebuah aksiomatik pada sikap dan tingkah laku. Pesan yang tersamar lewat kode bahasa, didealektikan ke dalam bentuk yang lebih sederhana. Lebih objektif. Dengan demikian penerima akan bisa leluasa masuk dalam kaidah pesan utamanya.
Kolom Tak Tik Tak, fungsinya hampir sama dengan kolom ahli. Tetapi keberadaan dia lebih pada penandasan ulang dari pembicaraan yang disampaikan oleh ahli. Pada titik ini, kita disuguhkan pada simpulan. Apa dan bagaimana, permasalahan digambarkan lebih detail. Disampaikan dengan menitikberatkan pada pemahaman dan kebertahuan informasi.
Di sinilah letak kredit poin berupa amanat yang ingin disampaikan sumber kepada penerima. Bahwa, sumber komunikasi, Deteksi, melempar keinginan. Keinginan tersebut akan dijembatani oleh penerima komunikasi.  Lewat sebuah pemikiran, perenungan, dan analisis, untuk sampai pada kehendak dari pembaca. Motivasi tersebut lebih pada respon komunikasi balik yang saling menguntungkan.

Kesantunan   Berbahasa
Selain mengedapankan pada pada masalah yang up to date pada kemasan berita, sumber komunikasi juga memilih ‘kesantunan berbahasa’ dalam menyampaikan kehendak. ‘Kesantunan berbahasa’ yang dipilih oleh sumber komunikasi adalah penggunaan bahasa remaja. Daya magnet bahasa ini, dengan harapan menambah keakraban antara sumber dan penerima komunikasi. Kesantunan berbahasa ini dibakukan dalam bahasa remaja. Bahasa ini menjadi pengikat imajinasi dan daya jelajah ekspresi remaja untuk mendalami, mengupas, dan menjabarkan isi. Misal, kata ngomongin, nggak, bikin, malu-maluin, ngerjain, mbolos, nerangin, mbingungin, sering digunakan sebagai sarana ‘penjernih’ dalam komunikasi.
‘Peremajakan’ bahasa yang dilakukan oleh sumber, tidak lain dan tidak bukan adalah untuk mengefektifkan jalannya komunikasi. Usaha tersebut adalah sebagai bentuk representasi kesatuan-kesatuan bahasa untuk menciptakan maksud dan tujuan penulis. Salah satu tujuan yang hendak dibidik adalah literary discourse, yaitu untuk menghibur, menyenangkan atau yang mengandung tujuan estetik.
Tapi kadangkala batas ‘kesantunan berbahasa’ juga pernah dilanggar dalam penjabaran permasalahan. Kesantunan berbahasa juga sering kali kebablas. Tindak lokusi  atau tindak bertutur ada kalanya menggunakan idiom kata yang kurang layak untuk dipakai. Ini bisa dilihat dalam penggunaan kata sindikat, bego, prostitusi pendidikan (Jawa Pos, 19 Movember 2005). Sebenarnya kata-kata tersebut dapat tergantikan oleh kata-kata lain yang memiliki makna sama. Dengan begitu,  tindak lokusi bisa melakukan eufimisme bahasa dalam indirect speech act atau tindak tutur tak langsung lewat media
Kesantunan berbahasa, sebenarnya adalah motivasi pertama yang dibawa oleh tindak ilokusi, sumber komunikasi. Kehadirannya bukan tidak mungkin akan bisa membawa alam pikiran penerima ke dalam alam pikiran sumber komunikasi. Hal ini adalah bentuk ‘keteraturan’ dalam komunikasi publik.

Upaya Membentuk Opini Publik
            Langsung maupun tak langsung, keberadaan rubrik Deteksi telah memberikan warna warni terhadap abstraksi remaja metropolis.  Beberapa permasalahan yang dilontarkan dalam bentuk tulisan sedikit banyak telah ‘mempengaruhi’ publik remaja. Hal inilah menjadi titik poin, bahwa keberadaan berhasil membentuk opini publik. Semisal, Deteksi, Minggu, 11 Desember 2005, menampilkan arti favorit ala Deteksi. Mulai dari penyanyi solo, pelawak, presenter, bintang iklan, group band, pembaca berita, dan bintang film. Kehadiran data polling terhadap responden telah memberikan image kepada pembaca bahwa pengakuan mereka-mereka telah menentukan sebuah kemenangan. 








Tidak ada komentar:

Posting Komentar