27 Nov 2012

Saya, Guru, dan Konsep 5 W + 1 H





Profesi guru adalah profesi adiluhung, menurut saya. Profesi yang tidak pernah habis atau mati. Tidak pernah selesai dalam batas ruang dan waktu. Tetapi keadiluhungan tersebut harus kita letakkan pada pengertian, guru yang bukan hanya sebatas pada tataran memberikan pengajaran. Terus selesai. Tetapi pemaknaan guru harus kita posisikan pada kata membimbing berkelanjutan. Pada proses holistik.
Menurut saya, bangsa yang besar adalah bangsa yang memiliki guru berkualitas. Mengedepankan pada pencerahan anak bangsa. Mengedepankan aplikasi, inovasi dan bukan hanya sekedar tataran teori.
Di sinilah, sebenarnya letak permasalahan bangsa sekarang. Mengapa? Rawannya sumber daya manusia Indonesia ke depan adalah terletak pada benar dan tidaknya guru-guru kita dalam mengemban dan menjalankan profesionalitasnya. Terarah dan tidaknya target ketercapaiannya. Berhasil atau tidaknya rantai pengajarannya. Jangan sampai pendidkan hanya sebatas retorika. Omong kosong tanpa tindakan nyata.
Menurut saya, pertanyaan bagaimana menjalankan profesi guru di era sekarang, akan lebih tepat dan aktual daripada pertanyaan, sudahkan Anda mengikuti sertifikasi ? Mengapa demikian ? Kata ’menjalan profesi’ merupakan deretan kata kerja yang menjurus aplikasi dan bermuara pada hasil yang akan dicapai. Ini adalah manifestasi dari metode, cara, bentuk, strategi, teknik yang kita lakukan dalam ruang lingkup pendidikan kita.
 Ketika saya menjadi guru, saya tidak berhenti untuk mencoba. Sampai akhirnya, saya mempraktikan konsep 5 W + 1 H ke siswa. Pembelajaran lebih terarah dan mempermudah saya dalam merancang untuk mencapai target.
Pertama, what, apa. Apa yang harus menjadi menu pertama dan utama untuk siswa ? Hal apa yang sangat penting yang seharusnya kita berikan pada peserta didik ? Lewat pertanyaan ini sebenarnya memiliki keterkaitan langsung dengan sistem pendidikan atau kurikulum yang menjadi rujukan dalam pendekatan pendidikan. Hal yang terkaitan dengan standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator pembelajaran, sampai dengan hasil yang dicapai siswa lewat pembelajaran, setidaknya mulai awal bisa terjawab.
Untuk itu, saya harus memilah dan memilih, hal apa yang kompetensi dan tidak kompetensi dalam daftar menu harian siswa. Ujian pertama cukup itu.
Kedua, who, siapa. Objek pembelajaran kita adalah peserta didik. Siswa. Mereka sangat kompleksitas. Mulai etika, estetika, moral, prilaku sampai-sampai nilai-nilai kehidupannya. Mereka bukan benda mati yang mengedepankan sikap pasif dan menerima. 
Mengubah manusia lebih memiliki tantangan daripada menghadapi benda mati yang memiliki sifat diam dan menunggu. Ketika produk bendanya  kurang maksimal, mungkin bisa langsung dipermak ulang. Dipoles. Diproduksi lagi dan setrusnya sampai menghasilkan barang yang memiliki nilai jual tinggi. Memproduk manusia tidak bisa dianalogikan seperti membalikan telapak tengan. Langsung jadi. Peserta didik memiliki proses rasionalitas yang tinggi. Tidak bisa, bim salabim, langsung jadi manusia yang super. Manusia yang genius.
Menurut Sindhunata dalam buku Dilema Usaha Manusia Rasional, akal budi akan digunakan sebagai sarana dan alat untuk memperhitungkan segala, mempertahan diri, dan membuahkan kegunaan sesuai dengan tujuan. Mengubah budaya dan akal budi adalah sebuah perenungan yang harus terjawab ketika kita bertemu dengan siswa. Kapan dan di mana pun.
Saya harus memberikan sentuhan pengalaman dari kita daripada meletakkan ratusan rumus di kognisi mereka. Saya akan memberikan bimbingan daripada menyelesaikan soal-soal yang mengedepankan pemikiran pendek, naik kelas atau lulus dengan nilai memuaskan. Saya lebih mengutamakan cara kerja atau proses yang matang daripada pemecahan secara instan.
Saya menyadari, mereka memiliki potensi ledakan. Kita harus bisa dan mampu mengasah dengan benar. Mereka akan menjadi manusia berpendidikan. Manusia yang mampu berbudaya dan berakal.
Ketiga, where, di mana. Apa kaitannya kata tanya ini dengan saya sebagai guru ? Saya mengajar di daerah Gresik. Daerah yang memiliki pontensi pembelajaran kontekstual. Mulai dari ekonomi, budaya, sejarah, seni, sistem pemerintahan, perdagangan, pariwisata, sampai manusianya. Maka, saya tidak perlu repot mencari objek pembelajaran ke luar daerah. Pembelajaran akan saya fokuskan pada objek tersebut. Mulai mengenalkan, mempelajarai, mengkaji, dan pengolahan data berkaitan sisi tinjauan pembelajaran yang dikaji dan dipelajari.
Keempat, why, mengapa. Pertanyaan ini menjurus pada alasan dari hal yang dilakukan. Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran terkini, menurut saya. Pembelajaran yang mengarah pada lingkungan dan permasalahannya. Logis, menurut saya, kalau siswa didik diberikan bekal pengenalan terhadap cara pandangan lingkungan sendiri. Mengenalkan sistem pemerintahan daerah, mempelajari seni, budaya, dan sejarahnya, merekap data ekonomi dan perdagangannya, melihat sisi pariwisata sebagai pemasukan devisa daerah, sampai mengenal watak dan sifat manusianya adalah pembelajaran yang sangat berharga. Siswa akan lebih membumi. Mereka akan lebih mengenal ’rumah sendiri’ sebelum mengenal lebih luas dan jauh pada lingkungan mereka nanti.
Kelima, when, kapan. Kalau teori tentang pembelajaran hanya mengangkasa. Kalau praktik pembelajaran hanya sebatas lembaran-lembaran kertas saja, saya yakin siswa nantinya hanya diajari bermimpi. Atau berangan-angan saja. Supaya siswa kita tidak menjadi generasi pemimpi, pembelajaran terkini yang menitikberatkan pada siswa harus kita mulai sekarang juga. Apa itu inovasi pembelajaran atau kreativitas dalam metode pengajaran ?
Keenam, how, bagaimana. Pertanyaan ini adalah kata kunci dari metote pembelajaran, menurut saya. Berkaitan dengan cara dan praktik yang dilakukan untuk menenuhi target yang dinginkan. Kita semua menyadari, bahwa dunia pendidikan memiliki ruh dalam mencetak, membangun, dan mengarahkan generasi mendatang.
Untuk mengantisipasi sering bergantinya kurikulum, sebaiknya kita menggunakan kurikulum terkini saja, menurut saya. Yaitu kurikulum yang mengarah, menitikberatkan, dan memusat pada siswa sebagai objek pembelajaran.
Kurikulum yang tidak pernah usang adalah kurikulum yang mengutamakan praktik aplikasi ketimbang ceramah tentang teori. Tapi, kita harus ingat bahwa kurikulum adalah benda mati. Maka dibutuhkan orang yang mampu menjalankan dan menerapkan sehingga sasaran bisa tercapai. Untuk itu, dibutuhkan guru yang at home. Guru yang memiliki dedikasi dan orientasi pada inovasi pembelajaran.
Siswa jangan terlalu dikungkung di dalam kelas manakala sedang mempelajari sejarah atau sistem pemerintahan daerah. Siswa jangan disuruh duduk rapi di meja kalau sedang mempelajari kesenian atau penelitian. Ajaklah mereka ke objek pembelajaran nyata. Saya yakin mereka akan lebih enjoy. Lebih memiliki logika imajinasi yang nyata. Lebih merasakan. Lebih mengetahui secara rinci. Bisa menyentuh objeknya. Bisa memandang sampai pengamatan sendiri baik secara individu atau kelompok.
Siswa bukan kelinci percobaan. Mereka adalah ladang subur yang harus kita tanami sesuai dengan jenis tanah dan memberikan pupuk yang sepadan dan berkualitas. Tanaman itu namanya konsep yang benar. Pembelajaran yang benar. Setelah itu dibutuhkan pupuk yang namanya aplikasi nyata. Kerja nyata.
Inilah, pendidikan yang kita idam-idamkan. Pendidikan untuk pencerahan. Pendidikan yang kontekstual.
5 W + 1 H adalah alat bagi saya dalam mengajar. Kendaraan saya dalam mentransformasi ilmu ke siswa. Yang namanya alat atau kendaraan, berarti memiliki ketergantungan siapa yang menggerakkan dan siapa yang mengendarai. Saya merasa, konsep tersebut memiliki nilai tersendiri.
Dengan konsep 5 W + 1 H, saya merasakan, bahwa profesi guru adalah pekerjaan yang penuh tantangan tapi mengasikkan. Dan konsep itulah yang membawaku menjadi guru sampai sekarang ini.
Aku bangga menjadi guru. Kebanggaanku ini mungkin juga dirasakan ratusan bahkan oleh ribuan guru lainnya. Mudah-mudahan.


Biodata Penulis:
Nama                           : Ichwan Arif, S.S.
Guru                            : SMP Muhammadiyah 12 GKB Gresik
Mengajar                     : Bahasa Indonesia
No. Rekening              :  0487008083 Bank Syariah Mandiri Cabang Gresik
                                   







Tidak ada komentar:

Posting Komentar