27 Nov 2012

Mencipta Motivasi dan Strategi Pengembangan Kreativitas Menulis bagi Siswa



Mencipta Motivasi dan Strategi Pengembangan Kreativitas Menulis bagi Siswa
Oleh: Ichwan Arif, S.S.

Masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita saat ini adalah masalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, peserta didik kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran di kelas hanya diarahkan kepada proses kemampuan anak menghafal informasi; otak anak dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diingatnya itu untuk menghubungkannya dengan kehidupannya sehar-hari. Akibatnya ketika mereka lulus, mereka pintar secara teoretis, akan tetapi miskin dalam aplikasi.
Salah satu dari berbagai permasalah tersebut terletak pada lemahnya kemampuan menulis siswa. Kebanyakan siswa lebih berorientasi pada menghafal teori dalam menyelesaikan soal-soal. Mereka minim sekali dalam pembelajaran menulis secara praktik. Ruang gerak meraka dalam mengapresiasikan diri dalam pengembangan ide, gagasan, atau argumen lewat menulis sangat lemah. Kurang.
Adalah pengalaman belajar yang kurang kita transfer ke siswa. Guru kurang memberikan pengalaman belajar, khususnya dalam pembiasaan menulis. Di sini guru bahasa Indonesia tidak bisa dijadikan kambing hitan dalam lemahnya pembiasaan menulis siswa. Tetapi menjadi tanggung jawab guru secara keseluruhan.
Kata kuncinya adalah bekerja sama antarguru mata pelajaran. Guru mata pelajaran bahasa Indonesia bisa mengajarkan tentang penulisan sebuah karya tulis ilmiah yang baik dalam bentuk makalah yang sangat sederhana. Guru mata pelajaran lain bisa memberikan tugas kepada siswa untuk menuliskan sebuah karya tulis dalam bentuk makalah sederhana. Guru sejarah, misalnya, bisa menugaskan siswa membuat karangan tentang bagaimana terjadinya Perang Diponegoro. Guru IPA dapat menyuruh siswa menyusun karya tulis sederhana tentang budi daya jamur tiram putih. Guru matematika bisa menugasi anak didiknya tentang aplikasi limit dan integral dalam kehidupan sehari-hari.
Kedua, adalah energi motivasi kepada siswa harus benar-benar dijadikan sebagai ’alat bantu’ yang bisa menjembatani antara niat, minat, dan produk.
Motivasi ada dua, yaitu motivasi Intrinsik dan motivasi ektrinsik. Motivasi intrinsik adalah motivasi yang timbul dari dalam diri individu sendiri tanpa ada paksaan dorongan orang lain, tetapi atas dasar kemauan sendiri. Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu. Aapakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga dengan keadaan demikian siswa mau melakukan sesuatu atau belajar.

Bagi siswa yang selalu memperhatikan materi pelajaran yang diberikan, bukanlah masalah bagi guru. Karena di dalam diri siswa tersebut ada motivasi, yaitu motivasi intrinsik. Siswa yang demikian biasanya dengan kesadaran sendiri memperhatikan penjelasan guru. Rasa ingin tahunya lebih banyak terhadap materi pelajaran yang diberikan. Berbagai gangguan yang ada disekitarnya, kurang dapat mempengaruhinya agar memecahkan perhatiannya.

Lain halnya bagi siswa yang tidak ada motivasi di dalam dirinya, maka motivasi ekstrinsik yang merupakan dorongan dari luar dirinya mutlak diperlukan. Di sini tugas guru adalah membangkitkan motivasi peserta didik sehingga ia mau melakukan belajar.

Strategi Menulis
Anggapan yang keliru bahwa menulis itu memerlukan bakat khusus. Sebenarnya, 90 persen kemampuan penulis dihasilkan lewat pembelajaran, yaitu latihan menulis. Hanya 10 persen yang terkait dengan faktor bakat. Itu berarti faktor bakat tidak cukup dominan mengarahkan seseorang menjadi penulis atau tidak. Justru faktor pembelajaranlah yang cukup dominan berpengaruh.
Strategi untuk mengembangkan pembelajaran menulis di sekolah adalah:
1.      Beri siswa permasalahan
2.      Ajak siswa untuk merekam permasalahan dalam tulisan
3.      Ajak siswa untuk menjawab 5W + 1H dalam setiap permasalahan
4.      Beri ruang gerak siswa dalam mengapresiasikan gagasan idenya
5.      Beri mereka sarana untuk mengaktualisasikan karya
6.      Beri penghargaan
Kata Kunci

Menulis, berarti kita memasuki dunia ketrampilan. Semakin sering seseorang menulis, maka ia semakin terampil. Semakin trampil seseorang menulis, maka ia semakin menghasilkan tulisan yang berbobot. Karena ia harus trampil bertata bahasa dan EYD yang baik, juga trampil menuangkan gagasan yang ada, trampil membaca kondisi masyarakat, trampil mencari footnote, dan trampil untuk menperdalam masalah. Begitu juga kalau seseorang harus belajar bahasa Inggris, Ibrani, dan Yunani, semakin giat menghafalkan kata-kata baru dan melatih menerjemahkan, maka ia semakin trampil menghasilkan terjemahan yang tepat. Oleh karena itu, never go down !




Tidak ada komentar:

Posting Komentar